Macam-Macam Skala Pengukuran
Dalam
suatu pengukuran akan dibentuk suatu skala dan kemudian ditransfer pengamatan
terhadap ciri-ciri kepada skala tersebut. Ada berbagai kemungkinan skala,
dimana pilihan yang sesuai tergantung pada amatan mengenai aturan pemetaan.
Pengelompokkan skala memakai sistem bilangan nyata. Dasar yang paling umum yang
digunakan untuk membuat skala mempunyai 3 ciri sebagai berikut:
1.
Bilangannya berurutan. Satu bilangan adalah lebih besar
dari pada, lebih kecil dari pada, atau sama dengan bilangan yang lain.
2.
Selisish antara bilangan-bilangan adalah berurutan.
Selisish antara sepasang bilangan adalah berurutan. Selisish antara sepasang
bilangan adalah lebih besar dari pada, lebih kecil dari pada, atau sama dengan
selisish antara pasangan bilangan yang lain.
3.
Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang
ditandai dengan bilangan nol.
Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan
pengelompokkan skala ukuran yang umum dipakai. Ada 4 macam skala pengukuran
yaitu:
1.
Skala Nominal, merupakan skala yang paling lemah
dibandingkan dengan skala lain. Bilamana menggunakan skala nominal maka akan
dibuat suatu partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-kelompok yang harus
mewakili kejadian yang berbeda dan dapat menjelaskan semua kejadian yang
terjadi dalam kelompok tersebut.
2.
Skala Ordinal, mencangkup cirri-ciri skala nominal
ditambah suatu urutan.pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan
mengenai lebih besar daripada atau kurang daripada atau menanyakan suatu
kesamaan, tanpa menunjukkan berapa lebih besarnya atau berapa kurangnya.
3.
Skala Interval, memiliki cirri-ciri skala nominal dan
skala ordinal dan ditambah dengan mencangkup konsep kesamaan interval yaitu
jarak jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak antara 3 dan 4.
4.
Skala Rasio, mencangkup semua keampuhan dari
skala-skala lain sebelumnya ditambah dengan adanya titik nol yang absolute.
Skala rasio mencerminkan jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel.
Selain skala yang diatas
ada juga berbagai skala yang dapat digunakan untuk mengukur gejala/fenomena
sosial yaitu:
1.
Skala Likert, digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan kedalam indicator variabel
sebagai dasar dalam menyusun butir-butir instrument penelitian.
2.
Skala Guttman, bila menggunakan skala Guttman maka
jawaban yang tegas akan diperoleh yaitu: ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak
pernah. Dalam skala Guttman hanya ada 2 interval yaitu: setuju atau tidak
setuju. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan skala ini
apabila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan.
3.
Semantic Defferensial, skala ini dapat digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak
dibagian kanan garis dan jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis
atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala
ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai
seseorang.
4.
Rating Scale, skala ini digunakan apabila data mentah
yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, pernah/tidak
pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak akan
menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi
menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Desain
Intrumen
Secara prinsip dikatakan
bahwa meneliti merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran terhadap fenomena
social maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena tersebut disebut variable penelitian.
Intrumen dalam penelitian
sosial walaupun beberapa sudah ada seperti untuk mengukur sikap, mengukur IQ,
mengukur bakat dan lain-lain namun instrumen-instrumen tersebut sulit untuk
dicari, dimana harus dicari, apakah bisa dibeli atau tidak. Selain itu
instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas dan
reliabilitasnya di suatu tempat, tetapi bila digunakan untuk mengukur di tempat
tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliable lagi. Hal ini
terjadi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari
kesamaanya.
Jumlah instrumen
penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan
untuk diteliti. Titik tolak dalam menyusun instrumen penelitian adalah
variabel-variabel penelitian. Dari variabel-variabel yang diteliti dibuatlah
definisi operasionalnya. Definisi operasionalnya tersebut menjadi dasar dalam
membuat instrumen penelitian. Intrumen penelitian dapat dibuat dalam bentuk
pernyataan maupun pertanyaan.
Contoh instrumen dalam bentuk pertanyaan
Bagaimana efektivitas metode promosi yang
diterapkan pada perusahaan ini?
a.
Sangat efektif
b.
Efektif
c.
Cukup efektif
d.
Kurang efektif
e.
Tidak efektif
Contoh instrumen dalam bentuk pernyataan
Metode promosi yang diterapkan pada
perusahaan ini efektif
a.
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Kurang setuju
d.
Tidak setuju
e.
Sangat tidak setuju
Pada dasarnya terdapat
dua macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi
belajar yang jawabannya berupa “salah atau benar” dan instrument yang berbentuk
non test untuk mengukur sikap yang jawabannya berupa “positif atau negatif”
Validitas
dan Reliabilitas Intrumen
Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan
memiliki validitas, apabila intrumen tersebut mampu menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. Jika seorang peneliti ingin
mengukur tentang kemiskinan, maka peneliti harus menguji validitas alat ukurnya
apakah memang benar alat ukur yang digunakan mampu mengukur kemiskinan.
Intrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi opada
obyek yang diteliti.
Contoh: a.
Apabila dalam penelitian, obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul
juga memberikan data berwarna merah bisa dikatakan hasil penelitian tersebut
Valid. Apabila obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data
berwarna putih bisa dikatakan hasil penelitian tersebut tidak valid.
b. Meteran yang
valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran
memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur berat.
Menurut pendapat beberapa para ahli yaitu Anastasia, 1973
dan Nunnally, 1979 (Masri, 1989,124)
validitas ada berbagai macam yaitu:
1. Validitas konstruk
Kontruk adalah kerangka dari suatu konsep.
Validitas konstruk digunakan sebagai tolok ukur operasional dalam menyusun
kerangka konsep.
2. Validitas isi
Validitas isi alat pengukur ditentukan oleh
sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap
sebagai aspek kerangka konsep.
3. Validitas ekternal
Dikatakan validitas ekternal apabila alat
pengukur baru terjadi korelasi antara alat pengukur lama yang digunakan dalam
penelitian.
4. Validitas prediktif
Keabsahan yang didasarkan pada hubungan yang
teratur antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah
laku sebenarnya yang ditampilkan oleh indivvidu atau kelompok.
5. Validitas rupa
Validitas rupa digunakan dalam pengukuran
kemampuan individu seperti pengukuran kecerdasan, bakat, dan keterampilan.
Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan
memiliki reliabilitas, apabila instrument tersebut mampu menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat
pengukur dipakai beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama dan hasil
pengukuran tersebut akan menghasilkan data yang sama. Dengan kata lain
reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur
gejala yang sama.
Contoh: a. Alat untuk mengukur fenomena fisik seperti
alat untuk mengukur berat dan panjang badan.
b.
Alat untuk mengukur jarak anatara dua bangunan seperti meteran kayu.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian
Validitas Instrumen
1. Pengujian validitas konstruk
Dengan memahami cara penyusunan validitas
kontrak, maka penyusunan validitas lainnya akan lebih mudah karena pada dasarnya
prinsip perhitungannya sama. Untuk menguji validitas kontruk dapat digunakan
pendapat dari para ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikontruksi tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doctor sesuai dengan
lingkup yang di teliti.
Setelah pengujian kontruksi dari para ahli dan
berdasarkan pengalaman empiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji
coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi
diambil. Jumlah sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu
faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Misalkan akan dilakukan pengujian construct
validity melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi
kerja pegawai. Jadi dalam hal ini variabel penelitiannya adalah prestasi kerja.
Berdasarkan teori dan hasil konsultasi ahli, indikator prestasi kerja pegawai
meliputi 2 faktor yaitu: kualitas hasil kerja dan kecapatan kerja. Selanjutnya
indikator faktor kecepatan kerja dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, dan
kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang
terdiri dari 7 pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5 pegawai
sebagai responden untuk menjawabnya (dalam prakteknya menggunakan sekitar 30
responden). Jawaban 7 pertanyaan dari 5 responden ditunjukkan pada table berikut
ini
No.
|
Skor
Faktor 1
|
Jmlh
1
|
Skor
Faktor 2
|
Jmlh
2
|
Jmlh
Total
|
|||||
Res.
|
untuk
butir no:
|
(X1)
|
untuk
butir no:
|
(X2)
|
(Y)
|
|||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1
|
3
|
4
|
3
|
10
|
3
|
3
|
2
|
4
|
12
|
22
|
2
|
4
|
3
|
2
|
9
|
4
|
3
|
4
|
4
|
15
|
24
|
3
|
1
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2
|
8
|
12
|
4
|
3
|
3
|
3
|
9
|
4
|
4
|
3
|
3
|
14
|
23
|
5
|
2
|
2
|
4
|
8
|
3
|
1
|
2
|
1
|
7
|
15
|
Bila
hasil korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,30 ke atas maka
faktor tersebut merupakan konstrak yang kuat. Berdasarkan table diatas setelah
dihitung dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh angka korelasi
antara faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi
antara jumlah faktor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena
korelasi kedua faktor tersebut diatas 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi yang valid untuk
variabel prestasi kerja pegawai.
Lebih lanjut untuk menentukan setiap butir
dalam instrumen itu valid atau tidak dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan
antara skor butir dengan skor total (Y). oleh karena itu untuk keperluan ini
ada tujuh koefisien korelasi yang harus dihitung. Bila harga korelasi di bawah
0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, maka
harus diperbaiki atau dibuang. Bila hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi
ke tujuh instrument dengan skor total adalah sebagai berikut:
No
|
r hitung
|
r kritis
|
Keputusan
|
|
r1Y
|
0.95
|
0.30
|
Valid
|
|
r2Y
|
0.79
|
0.30
|
Valid
|
|
r3Y
|
0.22
|
0.30
|
Tidak Valid
|
|
r4Y
|
0.73
|
0.30
|
Valid
|
|
r5Y
|
0.79
|
0.30
|
Valid
|
|
r6Y
|
0.84
|
0.30
|
Valid
|
|
r7Y
|
0.83
|
0.30
|
Valid
|
Dari table diatas dapat diketahui bahwa butir
no. 2 (fakor 1) tidak valid, karena korelasi butir tersebut dengan skor total
hanya 0,22 (dibawah skor kritis 0,30. Butir tersebut tidak selaras dengan butir
yang lain.
2. Pengujian Validitas Isi
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang memberiujian di luar
pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak
mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas
pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrument dengan isis atau rancangan yang telah
ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas konstrak dan
validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau
matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu
maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Pada setiap instrumen baik test maupun nontest
terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas
butir-butir instrumen lebih lanjut, dikonsultasikan dengan ahli,
selanjutnyadiujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.
Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen
dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikan perbedaan
antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas ekternal instrumen diuji dengan cara
membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen
dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk
mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu
dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja
pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen
dengan fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrument tersebut mempunyai
validitas ekternal yang tinggi.
Instrumen penelitian yang mempunyai validitas
ekternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas
ekternal yang tinggi pula. Penelitian mempunyai validitas bila hasil penelitian
dapat digeneralisasikan/diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang
diteliti. Untuk meningkatkan validitas ekternal penelitian selain dengan cara
meningkatkan validitas ekternal juga dapat dilakukan dengan cara memperbesar
jumlah sampel.
Pengujian Reliabilitas Instrumen
1. Test-Retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya
diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa
kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama,
dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan
maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering
juga disebut stability.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan
yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu
butir saja): Berapa tahun pengalaman kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan
tersebut dapay ekuivalen dengan pertanyaan berikut ini: Tahun berapa anda mulai
bekerja di lembaga ini?.
Pengujian reliabilitas instrument dengan cara
ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada respon yang sama,
waktu sama, instrument berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara instrument yang satu dengan data instrumen yang
dijadikan ekuivalrn. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument
dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan
cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen itu beberapa kali ke responden
yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas
instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara
silang. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Instrumen ekuivalen




|


|


![]() |
|||
![]() |



|

|


Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu
yang berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen tersebut reliabel.
- Teknik Belah Dua
Teknik ini dapat digunakan bila alat pengukur yang disusun
haruslah memiliki cukup banyak item (pertanyaan/pernyataan) yang dibuat untuk
mengukur aspek yang sama misalnya 50-60 item. Semakin banyak jumlah item maka
reliabilitas alat pengukur akan semakain baik. Langkah-langkah dalam teknik
belah dua yaitu:
a.
Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden,
kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan sedangkan
yang tidak valid dibuang.
b.
Membagi item-item yang valid menjadi dua belah secara
random atau atas dasar nomor genap dan ganjil.
c.
Skor untuk masing-masing item pada setiap belahan
dijumlahkan, sehingga memperoleh dua skor total untuk masing-masing responden,
yaitu skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua.
d.
Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor
total belahan kedua.
e.
Hasil korelasi yang diperoleh karena dibelah akan lebih
rendah dibandingkan dengan hasil korelasi bila tidak dibelah, maka harus dicari
angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Cara yang digunakan
dengan menggunakan rumus:
r total = 2 (r.tt)
1 + r.tt
Keterangan:
r total = angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt = angka korelasi belahan
pertama dan belahan kedua
Misalnya: didapat angka korelasi belahan pertama dan
belahan kedua 0,80 selanjutnya angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus maka:
r total = 2 (r.tt)
1 + r.tt
= 2. (0,80)
1 + 0.80
= 1,60
1,80
= 0,89
Angka korelasi tersebut lebih besar dibandingkan angka yang diperoleh
sebelumnya. Angka ini dibandingkan dengan korelasi kritis, bila hasilnya lebih
besar maka pengukur tersebut dikatakan reliabel.
- Teknik Bentuk Parallel
Perhitungan reliabel dengan menggunakan teknik ini dilakukan
dengan membuat dua jenis alat pengukur untuk aspek yang sama. Kedua alat
pengukur tersebut diberikan pada responden yang sama, kemudian dicari validitas
untuk masing-masing jenis. Untuk menghitung reliabilitas perlu mengkoreksikan
skor total dari kedua lat pengukur tersebut. Bila nilai korelasinya melebihi
korelasi yang ada pada tabel korelasi product moment (signifikan) maka pengukur
tyersebut reliabel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar