WelLcoMe To .AM. BloG


Sabtu, 21 April 2012

Skala Pengukuran dan disain instrumen

Macam-Macam Skala Pengukuran
Dalam suatu pengukuran akan dibentuk suatu skala dan kemudian ditransfer pengamatan terhadap ciri-ciri kepada skala tersebut. Ada berbagai kemungkinan skala, dimana pilihan yang sesuai tergantung pada amatan mengenai aturan pemetaan. Pengelompokkan skala memakai sistem bilangan nyata. Dasar yang paling umum yang digunakan untuk membuat skala mempunyai 3 ciri sebagai berikut:
1.      Bilangannya berurutan. Satu bilangan adalah lebih besar dari pada, lebih kecil dari pada, atau sama dengan bilangan yang lain.
2.      Selisish antara bilangan-bilangan adalah berurutan. Selisish antara sepasang bilangan adalah berurutan. Selisish antara sepasang bilangan adalah lebih besar dari pada, lebih kecil dari pada, atau sama dengan selisish antara pasangan bilangan yang lain.
3.      Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan bilangan nol.

Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan pengelompokkan skala ukuran yang umum dipakai. Ada 4 macam skala pengukuran yaitu:
1.      Skala Nominal, merupakan skala yang paling lemah dibandingkan dengan skala lain. Bilamana menggunakan skala nominal maka akan dibuat suatu partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-kelompok yang harus mewakili kejadian yang berbeda dan dapat menjelaskan semua kejadian yang terjadi dalam kelompok tersebut.

2.      Skala Ordinal, mencangkup cirri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan.pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan mengenai lebih besar daripada atau kurang daripada atau menanyakan suatu kesamaan, tanpa menunjukkan berapa lebih besarnya atau berapa kurangnya.

3.      Skala Interval, memiliki cirri-ciri skala nominal dan skala ordinal dan ditambah dengan mencangkup konsep kesamaan interval yaitu jarak jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak antara 3 dan 4.

4.      Skala Rasio, mencangkup semua keampuhan dari skala-skala lain sebelumnya ditambah dengan adanya titik nol yang absolute. Skala rasio mencerminkan jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel.

Selain skala yang diatas ada juga berbagai skala yang dapat digunakan untuk mengukur gejala/fenomena sosial yaitu:
1.      Skala Likert, digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan kedalam indicator variabel sebagai dasar dalam menyusun butir-butir instrument penelitian. 

2.      Skala Guttman, bila menggunakan skala Guttman maka jawaban yang tegas akan diperoleh yaitu: ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah. Dalam skala Guttman hanya ada 2 interval yaitu: setuju atau tidak setuju. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan skala ini apabila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

3.      Semantic Defferensial, skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis dan jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.

4.      Rating Scale, skala ini digunakan apabila data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, pernah/tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.

Desain Intrumen
Secara prinsip dikatakan bahwa meneliti merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran terhadap fenomena social maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena tersebut disebut variable penelitian. 

Intrumen dalam penelitian sosial walaupun beberapa sudah ada seperti untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain namun instrumen-instrumen tersebut sulit untuk dicari, dimana harus dicari, apakah bisa dibeli atau tidak. Selain itu instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas dan reliabilitasnya di suatu tempat, tetapi bila digunakan untuk mengukur di tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliable lagi. Hal ini terjadi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaanya.

Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Titik tolak dalam menyusun instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian. Dari variabel-variabel yang diteliti dibuatlah definisi operasionalnya. Definisi operasionalnya tersebut menjadi dasar dalam membuat instrumen penelitian. Intrumen penelitian dapat dibuat dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan.
Contoh instrumen dalam bentuk pertanyaan
Bagaimana efektivitas metode promosi yang diterapkan pada perusahaan ini?
a.       Sangat efektif
b.      Efektif
c.       Cukup efektif
d.      Kurang efektif
e.       Tidak efektif
Contoh instrumen dalam bentuk pernyataan
Metode promosi yang diterapkan pada perusahaan ini efektif
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Kurang setuju
d.      Tidak setuju
e.       Sangat tidak setuju

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar yang jawabannya berupa “salah atau benar” dan instrument yang berbentuk non test untuk mengukur sikap yang jawabannya berupa “positif atau negatif”

Validitas dan Reliabilitas Intrumen
Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas, apabila intrumen tersebut mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. Jika seorang peneliti ingin mengukur tentang kemiskinan, maka peneliti harus menguji validitas alat ukurnya apakah memang benar alat ukur yang digunakan mampu mengukur kemiskinan. Intrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi opada obyek yang diteliti.
Contoh: a. Apabila dalam penelitian, obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul juga memberikan data berwarna merah bisa dikatakan hasil penelitian tersebut Valid. Apabila obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih bisa dikatakan hasil penelitian tersebut tidak valid.
b. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.

            Menurut pendapat beberapa para ahli yaitu Anastasia, 1973 dan Nunnally, 1979 (Masri, 1989,124)  validitas ada berbagai macam yaitu:
1.      Validitas konstruk
Kontruk adalah kerangka dari suatu konsep. Validitas konstruk digunakan sebagai tolok ukur operasional dalam menyusun kerangka konsep.
2.      Validitas isi
Validitas isi alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.
3.      Validitas ekternal
Dikatakan validitas ekternal apabila alat pengukur baru terjadi korelasi antara alat pengukur lama yang digunakan dalam penelitian.

4.      Validitas prediktif
Keabsahan yang didasarkan pada hubungan yang teratur antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang ditampilkan oleh indivvidu atau kelompok.
5.      Validitas rupa
Validitas rupa digunakan dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kecerdasan, bakat, dan keterampilan.

Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas, apabila instrument tersebut mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama dan hasil pengukuran tersebut akan menghasilkan data yang sama. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama.
Contoh:  a. Alat untuk mengukur fenomena fisik seperti alat untuk mengukur berat dan panjang badan.
b. Alat untuk mengukur jarak anatara dua bangunan seperti meteran kayu.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian Validitas Instrumen
1.      Pengujian validitas konstruk
Dengan memahami cara penyusunan validitas kontrak, maka penyusunan validitas lainnya akan lebih mudah karena pada dasarnya prinsip perhitungannya sama. Untuk menguji validitas kontruk dapat digunakan pendapat dari para ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doctor sesuai dengan lingkup yang di teliti.
Setelah pengujian kontruksi dari para ahli dan berdasarkan pengalaman empiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Misalkan akan dilakukan pengujian construct validity melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil konsultasi ahli, indikator prestasi kerja pegawai meliputi 2 faktor yaitu: kualitas hasil kerja dan kecapatan kerja. Selanjutnya indikator faktor kecepatan kerja dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya (dalam prakteknya menggunakan sekitar 30 responden). Jawaban 7 pertanyaan dari 5 responden ditunjukkan pada table berikut ini
No.
Skor Faktor 1
Jmlh 1
Skor Faktor 2
Jmlh 2
Jmlh Total
Res.
untuk butir no:
(X1)
untuk butir no:
(X2)
(Y)
1
2
3
1
2
3
4
1
3
4
3
10
3
3
2
4
12
22
2
4
3
2
9
4
3
4
4
15
24
3
1
2
1
4
3
2
1
2
8
12
4
3
3
3
9
4
4
3
3
14
23
5
2
2
4
8
3
1
2
1
7
15









            Bila hasil korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,30 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstrak yang kuat. Berdasarkan table diatas setelah dihitung dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh angka korelasi antara faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah faktor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena korelasi kedua faktor tersebut diatas 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai.
Lebih lanjut untuk menentukan setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (Y). oleh karena itu untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang harus dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, maka harus diperbaiki atau dibuang. Bila hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ke tujuh instrument dengan skor total adalah sebagai berikut:
No
r hitung
r kritis
Keputusan


r1Y
0.95
0.30
Valid

r2Y
0.79
0.30
Valid

r3Y
0.22
0.30
Tidak Valid

r4Y
0.73
0.30
Valid

r5Y
0.79
0.30
Valid

r6Y
0.84
0.30
Valid

r7Y
0.83
0.30
Valid

Dari table diatas dapat diketahui bahwa butir no. 2 (fakor 1) tidak valid, karena korelasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (dibawah skor kritis 0,30. Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.
2.      Pengujian Validitas Isi
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang memberiujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isis atau rancangan yang telah ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnyadiujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikan perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.

3.      Pengujian Validitas Eksternal
Validitas ekternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrument tersebut mempunyai validitas ekternal yang tinggi.
Instrumen penelitian yang mempunyai validitas ekternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas ekternal yang tinggi pula. Penelitian mempunyai validitas bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan/diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan validitas ekternal penelitian selain dengan cara meningkatkan validitas ekternal juga dapat dilakukan dengan cara memperbesar jumlah sampel.

Pengujian Reliabilitas Instrumen
1.      Test-Retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
2.      Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja): Berapa tahun pengalaman kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dapay ekuivalen dengan pertanyaan berikut ini: Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?.
Pengujian reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada respon yang sama, waktu sama, instrument berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara instrument yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalrn. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat dinyatakan reliabel.
3.      Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Instrumen ekuivalen

Skor data
Instrumen pertama
 


Skor data
Instrumen kedua
 
                      
                                                                                         r1







 
                                             r5             r6

Skor data
Instrumen pertama
 


Skor data
Instrumen pertama
 
                                                          r3                                                            r4

                                                                                       
                                                                                        r2


Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
  1. Teknik Belah Dua
Teknik ini dapat digunakan bila alat pengukur yang disusun haruslah memiliki cukup banyak item (pertanyaan/pernyataan) yang dibuat untuk mengukur aspek yang sama misalnya 50-60 item. Semakin banyak jumlah item maka reliabilitas alat pengukur akan semakain baik. Langkah-langkah dalam teknik belah dua yaitu:
a.       Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan sedangkan yang tidak valid dibuang.
b.      Membagi item-item yang valid menjadi dua belah secara random atau atas dasar nomor genap dan ganjil.
c.       Skor untuk masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan, sehingga memperoleh dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua.
d.      Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua.
e.       Hasil korelasi yang diperoleh karena dibelah akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil korelasi bila tidak dibelah, maka harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Cara yang digunakan dengan menggunakan rumus:
r total = 2 (r.tt)
1 + r.tt
Keterangan:
r total = angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt      = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Misalnya: didapat angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua 0,80 selanjutnya angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus maka:

r total = 2 (r.tt)
1 + r.tt
= 2. (0,80)
1 + 0.80
= 1,60
1,80
= 0,89

Angka korelasi tersebut lebih besar dibandingkan angka yang diperoleh sebelumnya. Angka ini dibandingkan dengan korelasi kritis, bila hasilnya lebih besar maka pengukur tersebut dikatakan reliabel.


  1. Teknik Bentuk Parallel
Perhitungan reliabel dengan menggunakan teknik ini dilakukan dengan membuat dua jenis alat pengukur untuk aspek yang sama. Kedua alat pengukur tersebut diberikan pada responden yang sama, kemudian dicari validitas untuk masing-masing jenis. Untuk menghitung reliabilitas perlu mengkoreksikan skor total dari kedua lat pengukur tersebut. Bila nilai korelasinya melebihi korelasi yang ada pada tabel korelasi product moment (signifikan) maka pengukur tyersebut reliabel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar