WelLcoMe To .AM. BloG


Minggu, 08 April 2012

POPULASI DAN SAMPEL


POPULASI DAN SAMPEL

1.     Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya akan diduga (Mantra dan Kasto, 1998). Populasi dibedakan antar populasi sampling dan populasi sasaran. Misalkan peneliti mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani. Dalam hal ini seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian adalah populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut sasaran.
Untuk dapat mendefinisikan populasi dengan tepat, kita dapat dibantu dengan 4 (empat) faktor yaitu: isi, satuan, cakupan dan waktu.

2.     Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel berarti mengambil sebagian saja dari populasi untuk menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa peneliti bekerja dengan sampel yaitu:
a.       Kendala sumber daya
Penggunaan sampel akan menghemat sumberdaya untuk menghasilkan penelitian yang lebih dapat dipercaya
b.      Ketepatan
Melalui desain sampel yang tepat, peneliti dapat memperoleh data yang akurat dengan tingkat kesalahan yang relative rendah
c.       Pengukuran destruktif
Kadang-kadang pengukuran yang dilakukan bersdifat destruktif, seperti pengukuran bandingkan cara  memompa atau meniup ban sampai meletus. Dalam hal ini penggunaan sampel untuk pengukuran ban justru menguntungkan

3.     Penelitian Berdasarkan Sampel dan Sensus
Penelitian yang bekerja dengan sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja dari anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan nalisis sampel dibuat generalisasi. Factor penting disini adalah generalisasi, artinya seberapa jauh simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasi. Kemampuan generalisasi ini sangat tergantung dari besarnya sampel. Sampel yang representatif (mewakili) memiliki kemampuan generalisasi.
Penelitian yang bekerja dengan sensus, tidak perlu menghadapi persoalan generalisasi. Peneliti terhindar dari sampling karena jumlah sampel yang diambil sama dengan anggota populasi. Padapenelitian sensu peneliti biasanya berhadapan dengan kendala biaya, waktu dan tenaga.

4.     Kriteria Sampel yang Baik
Suatu mengambil sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1)      Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2)      Dapat menentukan presisi dengan cara menentukan simpangan baku dari taksiran yang diperoleh
3)      Sederhana hingga mudah dilaksanakan
4)      Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya (mantra, 2003)

Dalam menentukan metode pengambilan sampel dalam penelitian, peneliti harus benar-benar mempertimbangkan besarnya waktu, biaya dan tenaga yang diperlukan dalam penelitian dengan presisi yang diharapkan dari hasil penelitian. Apabila jumlah biaya, tenaga dan waktu telah dibatasi saja semula, peneliti harus berupaya mendapatkan metode pangambilan sampel yang dapat menghasilkan presisi yang tinggi.

5.     Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel
Menurut Mantra (2003) ada 4 (empat) factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian :
1)      Derajat keseragaman (dgree of homogeneity)
Makin seragam populasi itu, maka kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely homogeneous), maka satu elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup representative untuk diteliti. Berbeda dengan kalau populasi adalah completely heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representative

2)      Presisi yang dikehendaki dalam penelitian
Tingkat ketepatan ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pencacahan lengkap, dengan asumsi instrument, teknik wawancara, kualitas pewawancara dan lainnya yang digunakan sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari standar error. Makin kecil kesalahan baku, makin besar tingkat presisinya
3)      Rencana analisis
Rencana analisis data dengan teknik analisis tertentu sangat menentukan besarnya sampel yang harus diambil. Teknik analisis dengan tabel silang dan analisis lanjutan dengan Chi-square misalnya mensyaratkan pentingnnya sampelminimal yang tersedia dalam tabel silang. Untuk tabel ukuran 2x2 diperlukan sampel minimal 20. Itupun apabila frekuensi sampel menyebar secara merata pada masing-masing sel. Untuk keperluan analisis yang lebih baik, diperlukan sampel yang lebih banyak.
4)      Tergantung pada ketersediaan biaya, tenaga dan waktu

6.     Ukuran Sampel
Berdasarkan atas pertimbangan penentuan sampel tersebut diatas, peneliti dapat menentukan ukuran sampel yang dipandang representative mewakili populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi makin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi maka makin besar kesalahan generalisasi. Presisi yang dikehendaki dapat direpresentasikan dalam derajat kesalahan cecara statistic apakah 1%, 5% atau 10%. Semakin tinggi presisi yang dikehendaki, semakin kecil tingkat kesalahan yang harus ditentukan. Derajat kesalah 1% memiliki presisi lebih tinggi daripada derajat kesalahan 5% atau 10%.

7.     Sumber Kesalahan Sampel
1)      Sampling frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh kerangka sampel
2)      Random sampling error (sampling error), yaitu kesalahan akibat danya perdebaan antara hasil sampel dan hasil sensus yang dilakukan dengan prosedur yang sama. Kesalahan seperti ini juga dapat terjadi karena fluktuasi statistic yang terjadi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang dipilih. Kesalahan semacam ini merupakan fungsi dari jumlah sampel. Cara mempekecilnya adalah dengan meningkatkan jumlah sampel. Semakin banyak sampel yang diambil maka kesalahan sampel menurun.
3)      Nonresponse error, yaitu kesalahan akibat perbedaan statistic antara survey yang hanya memasukkan mereka yang merespon dan tidak mereka yang gagal (tidak) merespon

Penyimpangan juga dapat terjadi yang bukan disebabkan pemakain sampel (non sampling error). Penyimpangan ini ditimbulkan oleh beberapa hal diantaranya:
1)      Penyimpangan karena kesalahan perencanaan, seperti tidak tepatnya pemakain definisi, criteria, satuan-satuan ukuran sampel lainnya
2)      Penyimpangan karena penggantian sampel
3)      Penyimpangan karena salah tafsir petugas maupun responden
4)      Penyimpangan karena salah tafsir responden
5)      Penyimpangan karena responden sengaja salah menjawab
6)      Penyimpangan karena kesalahan dalam pengolahan data dan penerbitannya

8.     Tahap Pemilihan sampel
Sebelum dilakukan pemilihan sampel dengan terlebih dahulu perlu dipahami mengenai unsure sampling dan kerangka sampling. Dalam suatu populasi unsure-unsur/elemen yang diambil sebagai sampel disebut unsure sampling. Unsure sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling. Kerangka sampling (sampling frame) adalah representasi fisik dari objek, individu, kelompok yang sangat penting dalam penentuan sampel. Kerangka sampling merupakan daftar semua unsure sampling dalam populasi sampling.
Sebuah kerangka sampling yang baik harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1)      Harus meliputi seluruh unsure sampel
2)      Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali
3)      Harus up to date
4)      Batas-batasnya harus jelas
5)      Harus dapat dilacak dilapangan (mantra dan kasto, 1989; mantra 2003)


9.     Metode Pengambilan Sampel
Ada dua cara pengambilan sampel. Cara pertama probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling atau sampel probabilitas adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kemungkinan yang sama kepada setiap satuan dari populasi untuk dipilih sebagai sampel, sedangkan nonprobability sampling setiap anggota sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pilihan terhadap penggunaan sampling apakah menggunakan teknik sampling probabilitas atau no probabilitas sangat tergantung pada kelengkapan sampling frame. Apabila sampling frame telah tersedia, maka dimungkinkan untuk melakukan pilihan teknik sampling probabilitas.


Sampel Probabilitas
Teknik sampling probabilitas terdiri atas penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling), penarikan sampel sistematik (Systematic random sampling), penarikan sampel berstrata (Stratified random sampling) dan penarikan sampel berkelompok (cluster sampling). Masing-masing teknik penarikan sampel tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1)      Penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling)
Pada penarikan sampel acak sederhana, sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Missal N (populasi) = 1000
            N (sampel)   = 100
Besarnya kesempatan = n/N = 100/1000= 0,1
Artinya setiap anggota populasi memiliki kemungkinan untuk dipilih sebagai sampel sebesar 0,1

Beberapa teknik sampling acak sederhana adalah cara undian dan dengan tabel bilangan random. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
a.       Cara undian
Anggota populasi disusun terlebih dahulu dalam daftar kerangka sampling. Tiap nomor anggota populasi ditulis pada secarik kertas. Kertas-kertas tersebut dihulung dan dimasukkan dalam sebuah kotak. Kotak dikocok dan sejumlah gulungan kertas tersebut diambil sesuai  jumlah sampel yang diinginkan. Kelemahan teknik undian adalah apabila anggota populasi begitu besar akan sangat menyulitkan memebuat sedemikian banyak gulungan

b.      Mengundi dengan tabel bilangan random
Tabel angka random berbentuk buku penuh dengan angka dari nol sampai Sembilan. Tabel bilangan random banyak terdapat di buku-buku statistic.
Cara penggunaan tabel bilangan random:
·         Pastikan jumlah digit anggota populasi
·         Tentukan cara pengambilan dalam tabel bilangan random apakah kekiri-kenanan atau keatas-kebawah

c.       Berusaha sedapat mungkin dengan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk diikutsertakan dalam sampel tetap dipertahankan

2)      penarikan sampel sistematik (Systematic random sampling)
suatu metode pengambilan sampel. Dimana anggota pertama saja dari sampel yang diambil secara random; sedangkan anggota-anggota selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu. Penarikan sampel sistematis dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
a.       mencek keadaan daftar populasi, harus dalam keadaan acak
b.      menetapkan jarak interval yang akan digunakan/menetapkan angka kelipatan (k)
c.       tentukan secara acak nomor mulai pengambilan sampel

3)      penarikan sampel berstrata (Stratified random sampling)
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menggunakan metode penarikan sampel secara sratifikasi
a.       criteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penentuan strata (kelas/kelompok/lapisan). Umumnya yang dijadikan patokan adalah variabel-variabel yang akan diteliti
b.      criteria mengenai sifat populasi yang digunakan sebagai criteria untuk membuat strata. Misalnya jenis kelamin, status sekolah dan lainnya. Masing-masing strata merupakan sub-populasi

Setidaknya ada dua keuntungan dari sampel stratifikasi ini:
·         semua cirri populasi yang heterogen dapat terwakili
·         kemungkinan bagi peneliti untuk meneliti hubungan antara satu alpisan dengan lapisan lain dan juga dapat memperbandingkannya

4)      penarikan sampel berkelompok (cluster sampling)
dalam beberapa kasus kerangka sampel (daftar anggota populasi) tidak lengkap atau tidak tersedia atau penyusunan kerangka sampel butuh biaya yang sangat besar. Cara mengatasinya adalah dengan membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang biasa disebut cluster.
Kelompok-kelompok ini berbeda dengan kelompok strata karena sifat atau karakter masing-masing kelompok diasumsikan sama dengan sifat seluruh anggota populasi. Dengan kata lain cluster adalah populasi mini, bukan sub-populasi. Sebagai contoh penliti ingin mengetahui pendapatan rata-rata perbulan dari tiap anggota keluarga di suatu desa. Data tentang jumlah keluarga di desa itu tidak bisa diperoleh sehingga tidak mungkin dibuat kerangka sampel. Untuk itu satuan desa dibagi-bagi dalam satuan dukuh. Dukuh-dukuh ini dinamakan cluster dan yang kemudian dijadikan unsure penarikan sampel. Dukuh-dukuh diberi nomor, kemudian satu atau lebih dukuh diambil sebagai sampel penelitian. Peengambilan satu atau lebih dukuh dilakukan secara random. Keuntungan dari cluster sampling ini adalah lebih mudah karena tidak selalu membutuhkan daftar populasi, sedangkan kelemahannya sulit untuk mengetahui bahwa setiap cluster menggambarkan sifat populasi secara tuntas.

Sampel Non Probabilitas
Pada sampel non probabilitas tidak terdapat kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel. Hal ini disebabkan beberapa factor:
·         Tidak mungkinnya diperoleh daftar yang lengkap dari populasi
·         Adanya kondisi yang tidak memungkinkan peneliti memilih anggota populasi dengan cara memberikan kesempatan yang sama

Pada sampel non probabilitas yang berperan adalah kemampuan atau pengetahuan peneliti terhadap populasi penelitiannya. Semakin baik pengetahuan peneliti tentang populasi, semakin baik pula tingkat prediksinya terhadap aspek keterwakilan dari anggota-anggota populasinya.

Berbeda dengan penelitian yang menggunakan sampel probabilitas, pada sampel non probabilitas, umumnya peneliti tidak bisa membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi yang lebih luas. Dengan kata lain hasil analisisnya berlaku hanya untuk anggota populasi yang diteliti. Selain itu pada penarikan sampel non-probabilitas, peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit.

Beberapa teknik penarikan sampel non-probabilitas:
1)      Penarikan sampel secara kebetulan (Accidental sampling)
Dengan memilih cara ini peneliti dapat memilih orang-orang yang dekat dengannya atau memilih responden yang pertama kali dijumpai. Keuntungan penarikan sampel secara kebetulan ini adalah hemat waktu dan biaya

2)      Penarikan sampel secara sengaja (Purposive sampling)
Dalam menentukan siapa yang termasuk sampel dalam penelitinnya, peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang/responden yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahn penelitian.




3)      Penarikan sampel jatah (Quota sampling)
Penarikan sampel jatah ini dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari tiap strata populasinya. Cara penarikan sampel jatah, peneliti membagi populasi menjadi beberapa sub-populasi atau strata kemudian menetapkan jatah untuk masing-masing strata yang kurang lebih seimbang.
Dalam penentuan sampel jatah ini peneliti menentukan sendiri jumlah sampel pada masing-masing strata tanpa random. Peneliti dapat menggunakan teknik sampel kebetulan (accidental) atau sengaja (purposive)

4)      Penarikan sampel bola salju (Snowball sampling)
Penarikan sampel bola salju menyerupai pembuatan bola salju. Bola salju dibuat dengan cara “menggulung” salju yang bertebaran diatas rumput dari sedikit menjadi banyak dan besar. Dalam penarikan sampel bola salju dilakukan beberapa tahapan :
1)      Menentukan satu atau beberapa orang responden untuk diwawancarai. Responden ini merupakan titik awal penarikan sampel
2)      Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Demikian seterusnya sampai responden dianggap telah mencukupi.

Teknik penarikan sampel bola salju banyak digunakan para peneliti kualitatif dan juga peneliti kuantitatif, dimana informasi tentang populasi terbatas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar