POPULASI DAN SAMPEL
1.
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan
dari unit yang ciri-cirinya akan diduga (Mantra dan Kasto, 1998). Populasi
dibedakan antar populasi sampling dan populasi sasaran. Misalkan peneliti
mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota
rumah tangga yang bekerja sebagai petani. Dalam hal ini seluruh rumah tangga
dalam wilayah penelitian adalah populasi sampling, sedangkan seluruh petani
dalam wilayah penelitian disebut sasaran.
Untuk dapat mendefinisikan populasi
dengan tepat, kita dapat dibantu dengan 4 (empat) faktor yaitu: isi, satuan,
cakupan dan waktu.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel berarti
mengambil sebagian saja dari populasi untuk menggambarkan sifat populasi yang
bersangkutan.
Ada beberapa alasan yang mendasari
mengapa peneliti bekerja dengan sampel yaitu:
a. Kendala
sumber daya
Penggunaan sampel akan menghemat
sumberdaya untuk menghasilkan penelitian yang lebih dapat dipercaya
b. Ketepatan
Melalui desain sampel yang tepat,
peneliti dapat memperoleh data yang akurat dengan tingkat kesalahan yang
relative rendah
c. Pengukuran
destruktif
Kadang-kadang pengukuran yang
dilakukan bersdifat destruktif, seperti pengukuran bandingkan cara memompa atau meniup ban sampai meletus. Dalam
hal ini penggunaan sampel untuk pengukuran ban justru menguntungkan
3.
Penelitian
Berdasarkan Sampel dan Sensus
Penelitian yang bekerja dengan
sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja dari anggota populasi untuk
dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan nalisis sampel dibuat
generalisasi. Factor penting disini adalah generalisasi, artinya seberapa jauh
simpulan dari analisis sampel dapat digeneralisasi. Kemampuan generalisasi ini
sangat tergantung dari besarnya sampel. Sampel yang representatif (mewakili)
memiliki kemampuan generalisasi.
Penelitian yang bekerja dengan
sensus, tidak perlu menghadapi persoalan generalisasi. Peneliti terhindar dari
sampling karena jumlah sampel yang diambil sama dengan anggota populasi.
Padapenelitian sensu peneliti biasanya berhadapan dengan kendala biaya, waktu
dan tenaga.
4.
Kriteria
Sampel yang Baik
Suatu mengambil sampel yang ideal
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Dapat
menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2) Dapat
menentukan presisi dengan cara menentukan simpangan baku dari taksiran yang
diperoleh
3) Sederhana
hingga mudah dilaksanakan
4) Dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya (mantra,
2003)
Dalam menentukan metode pengambilan
sampel dalam penelitian, peneliti harus benar-benar mempertimbangkan besarnya
waktu, biaya dan tenaga yang diperlukan dalam penelitian dengan presisi yang
diharapkan dari hasil penelitian. Apabila jumlah biaya, tenaga dan waktu telah
dibatasi saja semula, peneliti harus berupaya mendapatkan metode pangambilan
sampel yang dapat menghasilkan presisi yang tinggi.
5.
Pertimbangan
Penentuan Ukuran Sampel
Menurut Mantra (2003) ada 4 (empat)
factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu
penelitian :
1) Derajat
keseragaman (dgree of homogeneity)
Makin seragam populasi itu, maka
kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely
homogeneous), maka satu elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup
representative untuk diteliti. Berbeda dengan kalau populasi adalah completely
heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran
yang representative
2) Presisi
yang dikehendaki dalam penelitian
Tingkat ketepatan ditentukan oleh
perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh dari pencacahan lengkap, dengan asumsi instrument, teknik wawancara,
kualitas pewawancara dan lainnya yang digunakan sama. Secara kuantitatif
presisi diukur dari standar error. Makin kecil kesalahan baku, makin besar
tingkat presisinya
3) Rencana
analisis
Rencana analisis data dengan teknik
analisis tertentu sangat menentukan besarnya sampel yang harus diambil. Teknik
analisis dengan tabel silang dan analisis lanjutan dengan Chi-square misalnya
mensyaratkan pentingnnya sampelminimal yang tersedia dalam tabel silang. Untuk
tabel ukuran 2x2 diperlukan sampel minimal 20. Itupun apabila frekuensi sampel
menyebar secara merata pada masing-masing sel. Untuk keperluan analisis yang
lebih baik, diperlukan sampel yang lebih banyak.
4) Tergantung
pada ketersediaan biaya, tenaga dan waktu
6.
Ukuran
Sampel
Berdasarkan atas pertimbangan
penentuan sampel tersebut diatas, peneliti dapat menentukan ukuran sampel yang
dipandang representative mewakili populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang kesalahan generalisasi makin kecil dan sebaliknya makin
kecil jumlah sampel menjauhi populasi maka makin besar kesalahan generalisasi.
Presisi yang dikehendaki dapat direpresentasikan dalam derajat kesalahan cecara
statistic apakah 1%, 5% atau 10%. Semakin tinggi presisi yang dikehendaki,
semakin kecil tingkat kesalahan yang harus ditentukan. Derajat kesalah 1%
memiliki presisi lebih tinggi daripada derajat kesalahan 5% atau 10%.
7.
Sumber
Kesalahan Sampel
1) Sampling
frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak
diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh
kerangka sampel
2) Random
sampling error (sampling error), yaitu kesalahan akibat danya perdebaan antara
hasil sampel dan hasil sensus yang dilakukan dengan prosedur yang sama.
Kesalahan seperti ini juga dapat terjadi karena fluktuasi statistic yang
terjadi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang dipilih. Kesalahan
semacam ini merupakan fungsi dari jumlah sampel. Cara mempekecilnya adalah
dengan meningkatkan jumlah sampel. Semakin banyak sampel yang diambil maka
kesalahan sampel menurun.
3) Nonresponse
error, yaitu kesalahan akibat perbedaan statistic antara survey yang hanya
memasukkan mereka yang merespon dan tidak mereka yang gagal (tidak) merespon
Penyimpangan juga dapat terjadi yang bukan
disebabkan pemakain sampel (non sampling error). Penyimpangan ini ditimbulkan
oleh beberapa hal diantaranya:
1) Penyimpangan
karena kesalahan perencanaan, seperti tidak tepatnya pemakain definisi,
criteria, satuan-satuan ukuran sampel lainnya
2) Penyimpangan
karena penggantian sampel
3) Penyimpangan
karena salah tafsir petugas maupun responden
4) Penyimpangan
karena salah tafsir responden
5) Penyimpangan
karena responden sengaja salah menjawab
6) Penyimpangan
karena kesalahan dalam pengolahan data dan penerbitannya
8.
Tahap
Pemilihan sampel
Sebelum dilakukan pemilihan sampel
dengan terlebih dahulu perlu dipahami mengenai unsure sampling dan kerangka
sampling. Dalam suatu populasi unsure-unsur/elemen yang diambil sebagai sampel
disebut unsure sampling. Unsure sampling diambil dengan menggunakan kerangka
sampling. Kerangka sampling (sampling frame) adalah representasi fisik dari
objek, individu, kelompok yang sangat penting dalam penentuan sampel. Kerangka
sampling merupakan daftar semua unsure sampling dalam populasi sampling.
Sebuah kerangka sampling yang baik
harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Harus
meliputi seluruh unsure sampel
2) Tidak
ada unsur sampel yang dihitung dua kali
3) Harus
up to date
4) Batas-batasnya
harus jelas
5) Harus
dapat dilacak dilapangan (mantra dan kasto, 1989; mantra 2003)
9.
Metode
Pengambilan Sampel
Ada dua cara pengambilan sampel.
Cara pertama probability sampling dan non probability sampling. Probability
sampling atau sampel probabilitas adalah cara pengambilan sampel yang
memberikan kemungkinan yang sama kepada setiap satuan dari populasi untuk
dipilih sebagai sampel, sedangkan nonprobability sampling setiap anggota sampel
tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pilihan
terhadap penggunaan sampling apakah menggunakan teknik sampling probabilitas
atau no probabilitas sangat tergantung pada kelengkapan sampling frame. Apabila
sampling frame telah tersedia, maka dimungkinkan untuk melakukan pilihan teknik
sampling probabilitas.

Sampel
Probabilitas
Teknik sampling probabilitas
terdiri atas penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling),
penarikan sampel sistematik (Systematic random sampling), penarikan sampel
berstrata (Stratified random sampling) dan penarikan sampel berkelompok
(cluster sampling). Masing-masing teknik penarikan sampel tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1) Penarikan
sampel acak sederhana (simple random sampling)
Pada penarikan sampel acak
sederhana, sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Missal N (populasi) = 1000
N
(sampel) = 100
Besarnya kesempatan = n/N =
100/1000= 0,1
Artinya setiap anggota populasi
memiliki kemungkinan untuk dipilih sebagai sampel sebesar 0,1
Beberapa teknik sampling acak
sederhana adalah cara undian dan dengan tabel bilangan random. Masing-masing
dijelaskan sebagai berikut:
a. Cara
undian
Anggota populasi disusun terlebih
dahulu dalam daftar kerangka sampling. Tiap nomor anggota populasi ditulis pada
secarik kertas. Kertas-kertas tersebut dihulung dan dimasukkan dalam sebuah
kotak. Kotak dikocok dan sejumlah gulungan kertas tersebut diambil sesuai jumlah sampel yang diinginkan. Kelemahan
teknik undian adalah apabila anggota populasi begitu besar akan sangat
menyulitkan memebuat sedemikian banyak gulungan
b. Mengundi
dengan tabel bilangan random
Tabel angka random berbentuk buku
penuh dengan angka dari nol sampai Sembilan. Tabel bilangan random banyak
terdapat di buku-buku statistic.
Cara penggunaan tabel bilangan
random:
·
Pastikan jumlah digit anggota populasi
·
Tentukan cara pengambilan dalam tabel
bilangan random apakah kekiri-kenanan atau keatas-kebawah
c. Berusaha
sedapat mungkin dengan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
diikutsertakan dalam sampel tetap dipertahankan
2) penarikan
sampel sistematik (Systematic random sampling)
suatu metode pengambilan sampel.
Dimana anggota pertama saja dari sampel yang diambil secara random; sedangkan
anggota-anggota selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu.
Penarikan sampel sistematis dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
a. mencek
keadaan daftar populasi, harus dalam keadaan acak
b. menetapkan
jarak interval yang akan digunakan/menetapkan angka kelipatan (k)
c. tentukan
secara acak nomor mulai pengambilan sampel
3) penarikan
sampel berstrata (Stratified random sampling)
beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk dapat menggunakan metode penarikan sampel secara sratifikasi
a. criteria
yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penentuan strata
(kelas/kelompok/lapisan). Umumnya yang dijadikan patokan adalah
variabel-variabel yang akan diteliti
b. criteria
mengenai sifat populasi yang digunakan sebagai criteria untuk membuat strata.
Misalnya jenis kelamin, status sekolah dan lainnya. Masing-masing strata
merupakan sub-populasi
Setidaknya ada dua keuntungan dari
sampel stratifikasi ini:
·
semua cirri populasi yang heterogen
dapat terwakili
·
kemungkinan bagi peneliti untuk meneliti
hubungan antara satu alpisan dengan lapisan lain dan juga dapat
memperbandingkannya
4) penarikan
sampel berkelompok (cluster sampling)
dalam beberapa kasus kerangka
sampel (daftar anggota populasi) tidak lengkap atau tidak tersedia atau
penyusunan kerangka sampel butuh biaya yang sangat besar. Cara mengatasinya
adalah dengan membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang biasa disebut
cluster.
Kelompok-kelompok ini berbeda
dengan kelompok strata karena sifat atau karakter masing-masing kelompok
diasumsikan sama dengan sifat seluruh anggota populasi. Dengan kata lain
cluster adalah populasi mini, bukan sub-populasi. Sebagai contoh penliti ingin
mengetahui pendapatan rata-rata perbulan dari tiap anggota keluarga di suatu desa.
Data tentang jumlah keluarga di desa itu tidak bisa diperoleh sehingga tidak
mungkin dibuat kerangka sampel. Untuk itu satuan desa dibagi-bagi dalam satuan
dukuh. Dukuh-dukuh ini dinamakan cluster dan yang kemudian dijadikan unsure
penarikan sampel. Dukuh-dukuh diberi nomor, kemudian satu atau lebih dukuh
diambil sebagai sampel penelitian. Peengambilan satu atau lebih dukuh dilakukan
secara random. Keuntungan dari cluster sampling ini adalah lebih mudah karena
tidak selalu membutuhkan daftar populasi, sedangkan kelemahannya sulit untuk
mengetahui bahwa setiap cluster menggambarkan sifat populasi secara tuntas.
Sampel
Non Probabilitas
Pada sampel non probabilitas tidak
terdapat kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
sebagai sampel. Hal ini disebabkan beberapa factor:
·
Tidak mungkinnya diperoleh daftar yang
lengkap dari populasi
·
Adanya kondisi yang tidak memungkinkan
peneliti memilih anggota populasi dengan cara memberikan kesempatan yang sama
Pada sampel non probabilitas yang
berperan adalah kemampuan atau pengetahuan peneliti terhadap populasi
penelitiannya. Semakin baik pengetahuan peneliti tentang populasi, semakin baik
pula tingkat prediksinya terhadap aspek keterwakilan dari anggota-anggota
populasinya.
Berbeda dengan penelitian yang
menggunakan sampel probabilitas, pada sampel non probabilitas, umumnya peneliti
tidak bisa membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi
yang lebih luas. Dengan kata lain hasil analisisnya berlaku hanya untuk anggota
populasi yang diteliti. Selain itu pada penarikan sampel non-probabilitas,
peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit.
Beberapa teknik penarikan sampel
non-probabilitas:
1) Penarikan
sampel secara kebetulan (Accidental sampling)
Dengan memilih cara ini peneliti
dapat memilih orang-orang yang dekat dengannya atau memilih responden yang
pertama kali dijumpai. Keuntungan penarikan sampel secara kebetulan ini adalah
hemat waktu dan biaya
2) Penarikan
sampel secara sengaja (Purposive sampling)
Dalam menentukan siapa yang
termasuk sampel dalam penelitinnya, peneliti harus benar-benar mengetahui dan
beranggapan bahwa orang/responden yang dipilihnya dapat memberikan informasi
yang diinginkan sesuai dengan permasalahn penelitian.
3) Penarikan
sampel jatah (Quota sampling)
Penarikan sampel jatah ini
dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari tiap
strata populasinya. Cara penarikan sampel jatah, peneliti membagi populasi
menjadi beberapa sub-populasi atau strata kemudian menetapkan jatah untuk masing-masing
strata yang kurang lebih seimbang.
Dalam penentuan sampel jatah ini
peneliti menentukan sendiri jumlah sampel pada masing-masing strata tanpa
random. Peneliti dapat menggunakan teknik sampel kebetulan (accidental) atau
sengaja (purposive)
4) Penarikan
sampel bola salju (Snowball sampling)
Penarikan sampel bola salju
menyerupai pembuatan bola salju. Bola salju dibuat dengan cara “menggulung”
salju yang bertebaran diatas rumput dari sedikit menjadi banyak dan besar.
Dalam penarikan sampel bola salju dilakukan beberapa tahapan :
1) Menentukan
satu atau beberapa orang responden untuk diwawancarai. Responden ini merupakan
titik awal penarikan sampel
2) Responden
selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Demikian
seterusnya sampai responden dianggap telah mencukupi.
Teknik penarikan sampel bola salju
banyak digunakan para peneliti kualitatif dan juga peneliti kuantitatif, dimana
informasi tentang populasi terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar