Identifikasi Masalah Penelitian
Secara umum
dikatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang akan kita jawab dan asumsi-asumsi
yang ingin kita buktikan akan dapat menjadi permasalahan penelitian, akan
tetapi apa yang dimaksud dengan masalah atau masalah penelitian dapat diuraikan
seperti berikut. Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada
perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara
apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan
yang sejenis dengan itu. Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan
dan teknologi; informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak
memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan
masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya
memperkecil kesenjangan itu. Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui
penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti
mengidentifikasikannya, memilihnya dan merumuskannya.
Apa yang dimaksud dengan Masalah
dalam sebuah penelitian?
Masalah penelitian adalah sebuah
pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa penjelasan yang dapat dirumuskan
melalui proses penelitian, baik penjelasan deskriptif tentang satu variabel.
Sumber masalah
Masalah itu akan diidentifikasi
jika :
1. Ada kesenjangan antara cita dengan realita.
2. Ada kesenjangan antara teori dengan praktek
dalam kehidupan.
3. Ada kesenjangan antara perencanaan dengan
realisasi lapangan, atau fenomena tertentu maupun penjelasan tentang hubungan
antar variabel.
4. Ada tantangan, keingintahuan tentang sesuatu
yang belum ada penjelasannya.
5. Adanya pengaduan.
6. Adanya kompetisi.
Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain:
a. Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
b. Pengamatan sepintas.
c. Pernyataan pemegang otoritas.
d. Perasaan intuisi.
e. Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
Sumber masalah penelitian, antara lain:
a. Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
b. Pengamatan sepintas.
c. Pernyataan pemegang otoritas.
d. Perasaan intuisi.
e. Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
Cara memperoleh masalah
Dalam buku ”methods of psychological research”, Craig
menjelaskan bahwa masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara-cara :
1. Observation (melakukan observasi)
2. Brainstorming
3. Theorical prediction (membaca hasil
penelitian)
4. Technological development
(perkembangan teknologi)
5. Knowledge of the research literature
(pengetahuan tentang research literature)
Kriteria Pemilihan Masalah Penelitian
Ada
setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan
masalah penelitian yaitu :
·
Kriteria
pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang
bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban
deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang
menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusia.
·
Kriteria
Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan
upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas,
diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai
pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah
ada.
·
Kriteria
ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya
dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga
pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat
diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
Berkenaan
dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara
lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika
peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama
dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah
tujuan penelitian.
Dengan memahami kriteria dalam memilih masalah penelitian paling tidak
akan mengarahkan peneliti mendapatkan masalah penelitian yang layak. Adapun
kriteria memilih masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ada relevansinya dg judul penelitian
2. Mempertimbangkan manfaat teoritis
3. Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah
4. Mendukung tujuan penelitian
5. Menunjukkan variabel apa saja yg akan diteliti
1. Ada relevansinya dg judul penelitian
2. Mempertimbangkan manfaat teoritis
3. Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah
4. Mendukung tujuan penelitian
5. Menunjukkan variabel apa saja yg akan diteliti
Masalah penelitian berbeda dengan
masalah-masalah lainnya. Tidak semua masalah kehidupan dapat menjadi masalah
penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada kesenjangan (gap) antara yang
seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang diperlukan dengan yang
tersedia antara harapan dan kenyataan.
Kriteria Masalah Penelitian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian, yaitu :
a. Memiliki nilai
penelitian Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif.
b. Memiliki fisibilitas. Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
2. batas-batas masalah yang jelas,
3. adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4. adanya biaya yang diperlukan, dan
5. tidak bertentangan dengan hukum.
c. Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
1. Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
2. batas-batas masalah yang jelas,
3. adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4. adanya biaya yang diperlukan, dan
5. tidak bertentangan dengan hukum.
c. Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
Bentuk-bentuk masalah penelitian
Bentuk rumusan masalah dalam pendidikan ada 3, yaitu :
- Deskriptif, adalah masalah untuk penelitian dengan variabel tunggal, baik hanya satu variabel atau lebih yang tidak saling berhubungan.
- Komparatif, adalah rumusan masalah yang memfokuskan kajian terhadap analisis perbandingan tentang satu variabel atau lebih pada dua atau lebih kelompok sampel.
- Assosiatif, adalah masalah penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel, baik hubungan simetris, kausalitas maupun resiprokal atau suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Masalah rumusan yang baik
Ada tiga kriteria untuk
menentukan permasalahan yang baik, yaitu :
- Masalah itu harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
- Masalah harus jelas dan spesifik, sehingga semua orang akan mempunyai pemahaman yang sama tentang masalah tersebut.
- Masalah dan pertanyaan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang mengisyaratkan adanya pengujian empiris.
- Masalah harus signifikan, yakni memberi kontribusi yang nyata terhadap pengembangan ilmu, atau penguatan bangunan ilmu dan atau memiliki kontribusi dalam pengembangan kebijakan.
- Masalah harus fleksibel, yakni layak dan bisa untuk diteliti.
- Masalah harus sesuai dengan bidang keahlian peneliti.
3. Pedoman Perumusan Masalah
Penelitian
Syarat-syarat masalah penelitian yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990,Sugiyono, 2000) adalah sebagai
berikut:
a
Masalah harus feasible.
b
Masalah harus
jelas.
c
Masalah harus
signifikan.
d
Masalah
bersifat etis
Sumadi (1989) dan Tuckman (Sugiyono, 2000) menyarankan
perumusan masalah
sebagai berikut:
Masalah hendaknya dirumuskan
dalam kalimat tanya. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas. Menautkan
hubungan antara dua atau lebih variabel. Rumusa masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang
kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ada tiga bentuk masalah menurut Sugiyono (2000) yaitu sebagai berikut:
a)
Masalah
Deskriptif
Masalah deskriptif merupakan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaanterhadap keberadaan variabel mandiri.
b)
Masalah
Komparatif
Masalah komparatif merupakan suatu permasalahan penelitian yang bersifatmembandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampelyang berbeda.
c)
Masalah
Asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu
pertanyaan penelitian yang bersifat hubunganantara
dua variabel atau lebih. Jenis-jenis hubungannya adalah sebagai berikut :
Hubungan Simetris yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan
muncul bersama- Hubungan kausal yaitu
hubungan yang bersifat sebab akibat - Hubungan timbal balik atau
interaktif yaitu hubungan yang saling mempengaruhi satu sama
lain.
4. Pertanyaan Penelitian
Salah satu persoalan mendasar dan menjadi bagian penting yang tak
terpisahkan dalam penelitian adalah rumusan pertanyaan penelitian. Sebab,
kualitas penelitian salah satunya sangat ditentukan oleh bobot atau
kualitas pertanyaan yang diajukan. Tetapi kenyatannya berdasarkan pengalaman
mengajar matakuliah metodologi penelitian, membimbing dan menguji skripsi,
tesis, dan disertasi selama ini, masih terdapat banyak persoalan terkait
rumusan pertanyaan penelitian. Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan
dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang
sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia
(what is available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai
(what is achieved)
Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan
munculnya masalah yang sering disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu.
Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah penelitian. Ada
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah
penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi peneltian,
setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1.
Tersedia data atau informasi untuk
menjawabnya,
2.
Data atau informasi tersebut
diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner,
dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3.
Memenuhi persyaratan orisinalitas,
diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),
4.
Memberikan sumbangan teoretik yang
berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5.
Menyangkut isu kontroversial dan
unik yang sedang hangat terjadi,
6.
Masalah tersebut memerlukan
jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat
luas, dan
7.
Masalah itu diajukan dalam
batas minat (bidang studi) dan kemampuan peneliti.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas,
peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco
(2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:
1.
Mengapa masalah tersebut penting
untuk diangkat,
2.
Bagaimana kondisi sosial di sekitar
peristiwa, fakta atau gejala yang akan diteliti,
3.
Proses apa yang sebenarnya terjadi
di sekitar peristiwa tersebut,
4.
Perkembanghan atau pergeseran apa
yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan
5.
Apa manfaat penelitian tersebut
baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang
akan datang.
Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli
metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman (2006), dan Creswell
(2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga macam pertanyaan, yaitu:
1.
Deskriptif (yakni mendeskripsikan
fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan menggunakan kata tanya
‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
2.
Eksploratoris (yakni untuk
memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya
“bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
3.
Eksplanatoris (yakni untuk
menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan
mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y).
Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.
Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Pertanyaan deskriptif: Apa aja
strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya?
2.
Pertanyaan eksploratif : Bagaimana
model kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dalam upaya memajukan sekolah?
3.
Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana
pengaruh model kepemimpinan otoriter terhadap kepatuhan staf?
thanks yaaaa... sangat membantu saya...
BalasHapusthanks, very useful :)
BalasHapus