WelLcoMe To .AM. BloG


Minggu, 08 April 2012

Kajian Pustaka


Kajian Pustaka
1.  Deskripsi Teori
A. Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2009:79)
Teori adalah seperangkap konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono, 2009:80)
Sitirahayu 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
  1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
  2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
  3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, maka dia bukan suatu teori. (Sugiyono, 2009:80-81)

B. Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan) dan Ausland pedagogik. Teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan (manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar mengajar dan evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro dan mikro).
Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2009:88), mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
  1. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya
  2. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
  3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
D. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2009:89)
2.  Langkah-langkah Pendeskripsian Teori
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1.      Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.      Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi)yang sebanyak-banyaknyadan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti.
3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti . (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4.      Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definmisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.      Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkandan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.      Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Maka landasan teori dalam proposal penelitian kualitatif harus sudah jelas, teori apa yang akan dipakai.
3. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan peda kerangka berpikir
Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan  hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Selanjutnya menurut Sekaran  (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
  2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya
  3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam  uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif
  4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa  hubungan antara variabel itu ada.
  5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variabel
Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah, kemudian masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian.  Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran  atau kesimpulan penelitian. Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti  membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan / telah dibuatnya tersebut.
4.  Langkah-langkah Perumusan Kerangka Berpikir
Langkah-langkah dalam penyusunan dari kerangka berpikir dapat meliputi:
1)      Menetapkan variabel yang diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikiruntuk pengujian hipotesis, makaharus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya.
2)      Membaca Buku dan Hasil Penelitian
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku dan hasil penelitian yang relevan.
3)      Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.
4)      Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teori hasil penelitian yang ditetapkan betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak.


5)      Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan lainnya, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.
6)      Sintesa / Kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti akan dapat menentukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antar variabel satu dengan yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
5. Bentuk-bentuk Hypotesis
Dalam merumuskan suatu Hipotesis, terdapat beberapa bentuk hipotesis yang ada yaitu meliputi:
1.  Hipotesis Nol
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistic, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel.  Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol:
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II dalam disiplin kuliah.
Contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah.
Dalam pembuktian, hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.




2.  Rumusan hipotesis kerja:
Contoh:
·         Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik.
·         Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
·         Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.
Menurut Bentuknya, hipotesis dapat dibedakan menjadi:
1.      Hipotesis deskriptif yaitu jawaban sementara terhadap masalah deskriptif.
Untuk dapat menguji hipotesis ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yakni:
·         Untuk menguji satu sampel bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik binomial dan chi kuadrat satu sampel.
·         Untuk menguji satu sampel bila datanya ordinal maka digunakan teknik statistik run test
·         Untuk menguji satu variabel bila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan t-test satu sampel
2.      Hipotesis komparatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Untuk dapat menguji hipotesis ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yakni:
·         Untuk menguji hipotsis dua sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik McNemar.
·         Untuk menguji dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik Sign Test dan Wilcoxon matched pairs.
·         Untuk menguji dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan t-test dua sampel
·         Untuk menguji dua sampel independen bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik adalah Fisher exact probability dan Chi kuadrat dua sampel.
·         Untuk menguji dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik Median Test, Mann-Whitney U Test, kolmogorov smirnov, dan Wald-Wolfowitz.
·         Untuk menguji k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik Chocran Q.
·         Untuk menguji k sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik Friedman Two-way Anova
·         Untuk menguji sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan analisis varians satu jalan maupun dua jalan
·         Untuk menguji k sampel independen bila datanya berbentuk nominal, digunakan teknik statistik Chi Kuadrat k sampel
·         Untuk menguji k sampel independen bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik median statistik dan Kruskal-Wallis One Way Anova
3.      Hipotesis asosiatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif yang menanyakan hubungan anatara dua variabel atau lebih.
Untuk dapat menguji hipotesis ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yakni:
·         Untuk menguji hubungan bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik korelasi Spearman rank dan korelasi Kendal Tau
·         Untuk menguji bila datanya berbentuk interval atau ratio, digunakan Korelasi Produk Moment, korelasi parsial, dan analisi regresi.
6.   Merumuskan Hipotesis
Secara sederhana, hipotesis penelitian sebaga jawaban sementara dirumuskan atas dasar terkaan atau conjecture penelitian. Namun demikian, meskipun keberadaan hipotesis adalah kesimpulan terkaan, terkaan tersebut harus di dasarkan pada acuan, yakni teori dan fakta ilmiah. Hipotesis dibuat atas dasar teori-teori yang diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya, dan perenungan atau pertimbangan logis, konsisten dengan tinjauan pustaka. Peneliti membuat semacam kondensasi teori-teori, pustaka-pustaka, maupun hasil penelitian pendahulu sebagai jawaban dari masalah yang dirumuskan untuk di uji kebenarannya.
Teknik Perumusan Hipotesis
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam perumusan hipotesis secara garis besar dapat dibedakan  kedalam teknik deduktif dan teknik induktif. Dalam penggunaan teknik deduktif, pertama- tama peneliti menyimak teori yang menjadi dasar atau acuan penelitian. Berdasarkan teori itu diturunkan asumsi yang memayungi hubungan antar variable yang diteliti, selanjutnya dibuat deduksi, yakni menurunkan kesimpulan khusus dari teori dan asumsi tadi. Dalam penggunaan teknik induktif peneliti merumuskan hipotesis dengan terlebih dahulu menyimak fakta yang terjadi pada beberapa kasus yang terkait dengan penelitiannya. Selanjutnya, dia mencari sifat- sifat umum dari fakta-fakta tersebut, mengenali karakteristik umum dari kasus-kasus tersebut, baik analisis logis (seperti dengan membuat asumsi-asumsi) maupun dengan mencari rujukan teorinya. Berdasarkan hal ini dia merumuskan kesimpulan secara induktif, yang selanjutnya dijadikan hipotesis.
Baik teknik deduktif maupun induktif dalam rangka penyusunan hipotesis dapat menuntun  peneliti untuk merumuskan hipotesis. Oleh karena itu, kedua teknik ini merupakan alternative untuk digunakan oleh peneliti, karena pilihan apapun yang diambil dapat menuntun kea rah rumusan hipotesis yang sesuai.

Prosedur Pengujian Hipotesis
Fungsi hipotesis adalah untuk member suatu pernyataan tekanan tentang hubungan tentative antara fenomena-fenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan tentative ini akan diuji validitasnya melalui teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti, hipotesis bukan merupakan suatu hal yang menjadi vested interesi, dalam artian bahwa hipotesis harus selalu diterima kebenarannya. Jika hipotesis ditolak karena tidak sesuai dengan data, misalnya, keadaan ini tidak berarti sipeneliti akan kehilangan muka. Bahkan harga diri sipeneliti akan naik, jika sipeneliti dapat menerangkan mengapa hipotesisnya ditolak. Penolakan hipotesis dapat merupakan penemuan yang positif, karena telah memecahkan ketidak tahuan dan member jalan kepada hipotesis yang lebih baik.
Untuk menguji hipotesis, diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan lebih dahulu sebelum sipeneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis, statistic dan teknik-teknik pengujian. Cara pngujian hipotesis bergantung dari metode dan desain penelitian yang digunakan salah satu cara yang sering dipakai adalah berdasarkan uji statistic.
Secara umum hipotesis dapat diuji dengan dua cara, yaitu mencocokan dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji hipotesis dengan mencocokan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data.  Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dikerjakan dengan menggunakan desain percobaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar