Ha-na mengira orang yang datang adalah Joon. Tapi ternyata itu adalah 
ibunya Joon. Mereka berdua kaget setengah mati saat bertemu. Hye-jung 
bertanya apa yang dilakukan Ha-na di tempat itu. Hye-jung teringat lagi 
kejadian-kejadian yang menunjukkan kalau Ha-na dan Joon dekat. “Jangan 
bilang... kau... Joon... benarkah? Orang yang berkencan dengan Joon? 
Jangan bilang ... kau orangnya!”. Ha-na terdiam mendengarnya. Hye-jung 
tidak mempercayai ini semua, bagaimana mungkin mereka melakukan sesuatu 
yang mengerikan. 
Joon bertemu dengan Yoon-hee. Yoon-hee meminta Joon agar tidak 
menceritakan keadaannya kepada Ha-na. Awalnya Joon tidak menyanggupi, 
karena Ha-na pasti akan kecewa kalau ibunya tidak memberitahunya. Joon 
berpikir sejenak, apa Yoon-hee tahu hubungan mereka berdua? “Bahwa 
kalian saling menyukai? Aku baru saja mengetahuinya.”kata Yoon-hee. 
Yoon-hee berkata sepertinya Ha-na sangat menyukai Joon, dia tidak pernah
 seperti ini sebelumnya.
“Aku juga sangat menyukainya.”kata Joon. Yoon-hee berterima kasih kepada Joon sudah mengatakannya, oleh karena itu dia mengandalkan Joon dalam masalah ini. Yoon-hee akan memberitahu Ha-na setelah Yoon-hee menyelesaikan semuanya.
“Aku sendiri yang akan memberitahukannya. Tolong jangan memberitahu Ha-na. Juga kepada In-ha.”. Joon tidak punya pilihan lain selain mengiyakannya.
“Aku juga sangat menyukainya.”kata Joon. Yoon-hee berterima kasih kepada Joon sudah mengatakannya, oleh karena itu dia mengandalkan Joon dalam masalah ini. Yoon-hee akan memberitahu Ha-na setelah Yoon-hee menyelesaikan semuanya.
“Aku sendiri yang akan memberitahukannya. Tolong jangan memberitahu Ha-na. Juga kepada In-ha.”. Joon tidak punya pilihan lain selain mengiyakannya.
Setelah si cowok bertemu dengan mama mertua, sekarang giliran si cewek. 
Ha-na bertemu dengan Hye-jung. “Saat kami mulai berkencan, kami tidak 
tahu apa-apa. Setelah mengetahuinya, kami juga merasa sangat bingung. 
Tapi tetap kami tidak bisa putus..” Ha-na memulai pembicaraan yang 
kemudian diputus oleh Hye-jung, “Apa ibumu tahu?”. Ha-na menjawab kalau 
ibunya belum tahu. Hye-jung menebak kalau In-ha pasti sudah tahu, “Ayah 
Joon sudah tahu, jadi dia dan ibumu membatalkan pernikahan mereka? Gila.
 Aku benar-benar kehabisan kata-kata. Kau pikir apa yang kau lakukan?”. 
Ha-na bersimpati pada Hye-jung, ini memang membuat dirinya kaget.
“Kalian pikir apa yang kalian lakukan hanya membuatku kaget? Kupikir mimpi burukku selama 30 tahun sudah berakhir. Teganya kalian menikamku dari belakang. Tidak! tidak akan pernah! Tidak boleh anakku, tidak akan pernah!”. Hye-jung menyuruh Ha-na merahasiakan pembicaraan mereka ini pada Joon. Dan Hye-jung juga sedikit mengancam Ha-na bahwa dia harus berfikir dengan lebih jernih. Ha-na hanya diam menanggapinya.
“Kalian pikir apa yang kalian lakukan hanya membuatku kaget? Kupikir mimpi burukku selama 30 tahun sudah berakhir. Teganya kalian menikamku dari belakang. Tidak! tidak akan pernah! Tidak boleh anakku, tidak akan pernah!”. Hye-jung menyuruh Ha-na merahasiakan pembicaraan mereka ini pada Joon. Dan Hye-jung juga sedikit mengancam Ha-na bahwa dia harus berfikir dengan lebih jernih. Ha-na hanya diam menanggapinya.
Joon tiba di cafe, dia mencari Ha-na berkeliling, tapi dia tidak 
menemukannya. Setengah panik, akhirnya dia menemukan Ha-na di kebun atas
 rumah. Ha-na bertanya apa yang menahan Joon lama sekali, “Jangan-jangan
 kau sudah berselingkuh, ya?”. Joon menjawab kalau wanita yang baru saja
 bersamanya memang cantik. “Apa? Baru sehari kita jadian, kenapa seperti
 ini? Apa-apaan ini?”kata Ha-na. “Benarkah ini hari pertama kebersamaan 
kita setelah kita berdamai?”. Ha-na tidak menjawab pertanyaan Joon 
barusan, dia masih terfikir soal perkataan Hye-jung tadi. Joon juga 
masih memikirkan Yoon-hee. Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. “Katakan apa
 yang ingin kau lakukan. Aku akan melakukannya.”kata Joon.
“Apa yang harusnya kita lakukan...”kata Ha-na. Joon memandang wajah Ha-na, “Ada apa denganmu? Apa telah terjadi sesuatu?”. Ha-na mengelaknya, tidak ada apa-apa.
“Wajahmu terlihat tidak begitu baik.”kata Joon yang bisa menebak ada sesuatu yang sedang Ha-na fikirkan.
“Oh, aku tahu,”kata Ha-na dengan ekspresi pura-pura semangat, “Hari ini kita pulang awal saja ke rumah.” Ha-na mengingatkan Joon kalau ibunya pasti sedih dan kesepian karena anaknya tidak pulang ke rumah, jadi lebih baik pulang ke rumah. Joon mengira kalau Ha-na ingin bersama degan ibunya, jadi Joon berniat akan mengantar Ha-na. Tapi Ha-na menolak, dia ingin naik bis saja, banyak yang harus dia pikirkan. Joon tidak suka kalau Ha-na terlalu banyak berpikir, “Tidak bisakah kau hanya memikirkan aku saja?”. Ha-na mengejek Joon yang kekanak-kanakan, “Tapi nanti, tanpa sadar, aku pasti akan memikirkanmu.”kata Ha-na yang kemudian pergi sambil tersipu. Joon tersenyum senang mendengarnya.
“Apa yang harusnya kita lakukan...”kata Ha-na. Joon memandang wajah Ha-na, “Ada apa denganmu? Apa telah terjadi sesuatu?”. Ha-na mengelaknya, tidak ada apa-apa.
“Wajahmu terlihat tidak begitu baik.”kata Joon yang bisa menebak ada sesuatu yang sedang Ha-na fikirkan.
“Oh, aku tahu,”kata Ha-na dengan ekspresi pura-pura semangat, “Hari ini kita pulang awal saja ke rumah.” Ha-na mengingatkan Joon kalau ibunya pasti sedih dan kesepian karena anaknya tidak pulang ke rumah, jadi lebih baik pulang ke rumah. Joon mengira kalau Ha-na ingin bersama degan ibunya, jadi Joon berniat akan mengantar Ha-na. Tapi Ha-na menolak, dia ingin naik bis saja, banyak yang harus dia pikirkan. Joon tidak suka kalau Ha-na terlalu banyak berpikir, “Tidak bisakah kau hanya memikirkan aku saja?”. Ha-na mengejek Joon yang kekanak-kanakan, “Tapi nanti, tanpa sadar, aku pasti akan memikirkanmu.”kata Ha-na yang kemudian pergi sambil tersipu. Joon tersenyum senang mendengarnya.
Joon dan Ha-na menunggu bis sambil bergandengan tangan. Bis datang, 
Ha-na berpamitan dengan Joon. Tapi Joon menahannya, “Aku tidak mau kau 
pergi begitu saja.” Ha-na tiba-tiba mencium pipi Joon, “Jangan 
kemana-mana. Kau harus langsung pulang ke rumah. Baik-baik pada ibumu, 
ya!”. Joon tersenyum, berasa terbang ke langit ke sembilan saat Ha-na 
menciumnya. 
Joon bertanya ke Sun-ho apa ada rumah sakit yang khusus untuk pengobatan
 mata? Joon mencari salah seorang pasien. Sun-ho berkata kalau rumah 
sakit ayahnya adalah rumah sakit spesialis mata, apa salah satu 
pasiennya adalah kenalan Joon?
Ha-na terbayang lagi kemarahan Hye-jung yang amat sangat membencinya, 
bagaimana mereka bisa bersatu kalau ibu Joon sangat-sangat membencinya.
Joon pulang ke rumah, Hye-jung heran kenapa dia pulang sangat awal. 
Melihat Joon yang sumringah dia bertanya siapa yang sedang bersamanya? 
Joon hanya menjawab kalau ibunya tidak perlu khawatir. Hye-jung lalu 
mengajak anaknya ngobrol.
Hye-jung bercerita kalau dia akan melakukan konseling alkohol lagi. Joon
 berkata kalau itu bagus. Tapi sebenarnya Hye-jung hanya basa-basi. 
“Joon, aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kau membenciku, tolong 
pahami ibumu yang malang ini. Menikahlah dengan Mi-ho!”. Hye-jung 
berkata dia benar-benar menyukai Mi-ho, sejak dulu Mi-ho adalah pasangan
 yang serasi untuk Joon.
“Lebih baik kau singkirkan pikiran itu. Itu tidak akan pernah terjadi.”jawab Joon.
“Lebih baik kau singkirkan pikiran itu. Itu tidak akan pernah terjadi.”jawab Joon.
Ha-na datang saat ibunya sedang menonton drama (itu drama apa ya, sumpah
 penasaran banget). Yoon-hee berkata kala ceritanya sudah mulai 
terbongkar, jadi dia ingin menontonnya terus. Ha-na ingat, bukankah 
ibunya berkata kalau matanya akan terasa sakit kalau dia menonton 
terlalu lama? Yoon-hee hanya bisa berkata kalau sekarang matanya 
baik-baik saja. Yoon-hee mengalihkan pembicaraan, bertanya apakah Ha-na 
baru pulang dari kencan?. Ha-na hanya tersenyum. “Kenapa? Apa terjadi 
sesuatu?”tanya Yoon-hee. Ha-na berkata tidak terjadi apa-apa. “Apa ibu 
baik-baik saja?”tanya Ha-na, sepertinya punya feeling kalu ibunya sedang
 sakit. Yoon-hee menjawab kalau keadaannya sangat baik. Ha-na lalu 
memegang tangan ibunya. Ibunya memegang tangan Ha-na yang kasar lalu 
menyemprotkan lotion di tangan Ha-na, “Kalau kau pergi kencan, tanganmu 
tidak boleh kasar seperti ini.”
“Kau melakukan ini, rasanya sangat nyaman.” Yoon-hee menyuruh Ha-na selalu melakukan hal ini, karena ibunya tidak bisa selamanya merawatnya.
“Ada apa denganmu? Kedengarannya seperti orang yang akan pergi jauh.”kata Ha-na. Mereka berdua berbincang santai. Ha-na juga sempat memutarkan jam ibunya.
“Kau melakukan ini, rasanya sangat nyaman.” Yoon-hee menyuruh Ha-na selalu melakukan hal ini, karena ibunya tidak bisa selamanya merawatnya.
“Ada apa denganmu? Kedengarannya seperti orang yang akan pergi jauh.”kata Ha-na. Mereka berdua berbincang santai. Ha-na juga sempat memutarkan jam ibunya.
In-ha juga sedang memutar jam tangannya (yang kembaran ya sama jam nya 
Yoon-hee?). Dia mengingat Yoon-hee saat menatap jam itu, mengingat janji
 Yoon-hee kalau dia akan selalu di sisinya.
Joon ada di kamarnya, sedang mengetik sms kepada Ha-na. Tapi Ha-na 
duluan yang mengirim sms, dia bertanya apa Joon sudah berbuat baik pada 
ibunya? Joon membalas sms Ha-na dengan bertanya apa dia memiliki waktu 
yang menyenangkan dengan ibunya? Tidak sabar menunggu sms, Joon 
menelepon Ha-na. Ha-na langsung menjawabnya. “satu..dua..tiga..” ‘tock’.
 Joon menjentikan jarinya saat hitungan ketiga. Ha-na bertanya apa itu?
“Saat kita bersama, kita selalu memikirkan satu sama lain. Jangan lakukan itu lagi.”kata Joon. Ha-na menggangguk setuju. Joon bertanya apa saja yang Ha-na bicarakan dengan ibunya? Ha-na juga bertanya apa Joon sudah bersikap baik pada ibunya?
“Akankah tiba suatu hari di mana kita hanya membicarakan tentang kita berdua?”tanya Joon.
“Saat kita bersama, kita selalu memikirkan satu sama lain. Jangan lakukan itu lagi.”kata Joon. Ha-na menggangguk setuju. Joon bertanya apa saja yang Ha-na bicarakan dengan ibunya? Ha-na juga bertanya apa Joon sudah bersikap baik pada ibunya?
“Akankah tiba suatu hari di mana kita hanya membicarakan tentang kita berdua?”tanya Joon.
Ha-na bertanya sebenarnya ibunya Joon seperti apa?. “Meskipun aku sulit 
mengatakannya, tapi bagiku dia seseorang yang banyak membuat hatiku 
sakit. Oh, dia punya kesamaan denganmu. Dia suka berkebun. Kenangan 
terindahku saat bersamanya adalah saat dia berkebun.” Joon gantian 
menanyakan bagaimana ibunya Ha-na?.
“Ibuku juga banyak membuatku sakit hati.”kata Ha-na. “Akan ku lakukan yang terbaik untuk membuat rasa sakit hatimu pergi.” Ha-na berkata dia juga akan melakukan hal yang sama.
“Ibuku juga banyak membuatku sakit hati.”kata Ha-na. “Akan ku lakukan yang terbaik untuk membuat rasa sakit hatimu pergi.” Ha-na berkata dia juga akan melakukan hal yang sama.
Jeon-sul bertemu dengan Sun-ho. Dengan pede-nya dia berkata kalau saat 
wekend kemarin dia juga mengurusi taman. Padahal kan yang ngurusin taman
 Ha-na. Jeon-sul bertanya-tanya siapa yang menyiram kebun dan tamannya? 
Apa hantu? Sun-ho kaget karena Jeon-sul mengatakan ‘hantu dengan suara 
keras’. Lalu Jeon-sul akhirnya menyadari ada yang berubah dengan bosnya 
ini. Sun-ho mengganti gaya rambutnya. Jo Soo dan In-sung datang. In-sung
 yang gak sopan bertanya, “Apa kau dicampakkan lagi?”. Jo Soo yang juga 
gak kalah gak sopan berkata, “Bukannya kau menukar gaya rambutmu setiap 
kali kau dicampakkan?”. Sun-ho berkata kalau itu tidak benar. Tapi Jo 
Soo dan In-sung sama sekali gak percaya. 
Jeon-sul yang polos (ato bego?) nambahin minyak ke dalam api, “Joon dan 
dia tidak akan pernah putus. Lebih baik kau dan adikmu menyerah saja dan
 carilah orang lain.” Belum lagi dia malah sempet-sempetnya bercanda, 
“lebih-lebih adikmu, dia harus memperhatikan orang-orang yang ada di 
sekitarnya.”
Ia adalah, Jo Soo ada di balik pintu mendengarkan Jeon-sul. “Jadi kau 
suka Mi-ho ya..”kata Jo Soo sambil cemberut. Waahh, Jo Soo naksir Mi-ho.
Joon datang, dia menanyakan tentang info penyakit mata yang Sun-ho 
dapatkan dari ayahnya. Sun-ho dan ayahnya akhirnya tahu kalau kondisi 
mata Yoon-hee semakin buruk saja. Joon juga tidak lupa meminta Sun-ho 
agar jangan memberitahukan hal itu pada ayahnya. 
Kondisi Yoon-hee semakin memburuk. Saat ada petugas yang mengatur pohon,
 Yoon-hee tiba-tiba merasa pusing dan tidak sengaja mendorong sebuah 
bambu penahan sehingga orang yang ada di atas pohon terjatuh. Yoon-hee 
setengah mati kaget dengan kejadian ini. 
Dia berjalan perlahan menuruni tangga, Dong-wook di bawah menunggunya 
dengan pandangan cemas. “Kalau kau sakit, seharusnya kau menghubungiku.”
 Yoon-hee menebak pasti Joon yang memberitahunya. Dong-wook bersimpati 
pada Yoon-hee, karena dia pasti mengalami masa yang sulit menghadapi 
masalah anak-anak. Dong-wook meminta Yoon-hee berobat di rumah sakitnya,
 karena rumah sakitnya adalah rumah sakit mata yang paling bagus. 
Awalnya Yoon-hee enggan, tapi akhirnya mau juga.
Yoon-hee memeriksa matanya di rumah sakit. Dia menjalani beberapa tes. 
Sun-ho dan ayahnya ada di situ. Setelah selesai, Sun-ho menemui Joon 
yang  menunggu di luar. “Dia akan buta. Tapi, dia memiliki waktu untuk 
melakukan penyesuaian.”kata Sun-ho. Sun-ho juga berjanji akan 
berkonsultasi dengan dokter luar negeri untuk mengatasi masalah ini.  
Joon tidak percaya mendengar ini. Sun-ho bertanya bagaimana dengan 
Ha-na? Joon juga bingung. 
Yoon-hee diingatkan oleh perawat bahwa penglihatannya akan mejadi kabur 
saat melakukan pengobatan. Benar saja, dia tidak bisa melihat dengan 
jelas saat akan keluar dari ruang dokter. Dia meraba dinding agar 
memperoleh keseimbangan. Lalu Joon menggandeng Yoon-hee keluar dari 
rumah sakit. 
Joon meminta maaf kepada Yoon-hee karena dia sudah memberitahu Sun-ho 
tentang keadaannya. Dia hanya ingin yang terbaik untuk Yoon-hee. Joon 
juga mengingatkan Yoon-hee untuk segera memberitahu Ha-na. “Aku ingin 
membuat dia tersenyum lagi. Penglihatanku semakin buruk. Pada akhirnya 
aku akan tetap buta. Aku hanya ingin menundanya sebentar. Daripada Ha-na
 khawatir dengan keadaanku. Aku lebih suka melihat senyumannya. Aku 
ingin mengingat senyumannya, boleh, kan?”kata Yoon-hee.
Ibu Joon menelfon Ha-na. Ha-na disuruhnya datang ke rumahnya saat Mi-ho 
juga ada di situ. Mi-ho tidak nyaman saat Ha-na datang. Begitu juga 
dengan Ha-na. Tapi memang ini rencana Hye-jung agar keduanya bertemu. 
Tiba-tiba Joon menelfon menanyakan di mana Ha-na. Dengan sedikit 
berbisik Ha-na berkata kalau dia saat ini sedang tidak bisa bicara. 
Ternyata Joon menelfon Ha-na saat jalan pulang ke rumahnya. 
Ha-na meninta maaf karena dia harus mengangkat telefon. “Bagaimanapun 
aku memikirkannya, lebih baik jika kau sendiri yang memutuskan dia. Aku 
dan anakku belum akur karena apa yang telah dilakukan ibumu dan ayahnya.
 Haruskah aku yang mengancamnya? Bertengkar denganmu, dengan Joon, 
dengan ibumu dan dengan ayah Joon... haruskah aku tetap melanjutkan 
penderitaan ini? Lebih baik kau pergi atas kemauanmu sendiri.”kata 
Hye-jung. “Aku minta maaf karena telah membutamu terluka. “jawab Ha-na. 
Tapi dia tidak bisa melakukan apa yang diinginkan Hye-jung. Sejak mereka
 jadian lagi, mereka sudah berjanji akan mempertimbangkan perasaan satu 
sama lain di atas segalanya. Hye-jung dan Mi-ho melihatnya dengan 
ekspresi tidak percaya. “Apa? Kau sungguh menyedihkan. Putus dengan Joon
 secepatnya!!”bentak Hye-jung. Ha-na diam sambil menunduk.
Joon datang dan melihat Ha-na yang ditindas Hye-jung. “Apa yang kalian 
lakukan?”tanya Joon. Hye-jung dan Mi-ho kaget dengan kedatangan Joon. 
Mereka menatap Ha-na, apa kau yang menyuruhnya datang? Tanpa banyak 
bertanya lagi, Joon langsung menarik Ha-na dan menariknya keluar. 
Hye-jung murka, “Joon, bagaimana bisa kau memperlakukan aku seperti ini?
 Berhenti di sana!”. 
Joon menarik Ha-na keluar. Ha-na berkata kalau mereka hanya bicara. Joon
 tidak percaya, bukan kepada Ha-na tapi kepada ibunya. Joon menyuruh 
Ha-na masuk ke mobil. Mereka berdua pergi tepat saat Mi-ho keluar. 
Hye-jung tidak menyangka akan seperti itu jadinya, dan berencana mencari
 cara lain lagi. 
Joon menyetir dengan marah. Ha-na menenangkannya kalau di sana tadi 
tidak terjadi apa-apa. Joon menepikan mobilnya. Dia keluar masih dengan 
kondisi marah. Ha-na mengatakan lagi kalau tidak terjadi apa-apa. “Apa 
kau bodoh? Idiot?kau tidak mengerti apa yang sedang terjadi? Dia 
memintamu pergi dan kau pergi? kau jelas-jelas tidak bisa mengaturnya, 
kenapa kau pergi?”kata Joon.
“Apa lagi yang bisa ku lakukan? Aku harus pergi. Ibumu meminta ku untuk pergi, bagaimana bisa aku tidak pergi.”jawab Ha-na.
“Kenapa aku harus menyaksikan kau dimarahi di rumahku?”.
“Kalau tidak, kau akan bertengkar dengan ibumu lagi.” Joon menyuruh Ha-na tidak ikut campur urusannya, bertengkar atau tidak itu urusanku sendiri.”
“Begitu juga denganmu. Jika ibumu memintaku untuk pergi lagi, aku masih akan pergi. Aku akan melakukan yang terbaik.” Joon menyerah dengan kekeras kepalaan Ha-na.
“Apa lagi yang bisa ku lakukan? Aku harus pergi. Ibumu meminta ku untuk pergi, bagaimana bisa aku tidak pergi.”jawab Ha-na.
“Kenapa aku harus menyaksikan kau dimarahi di rumahku?”.
“Kalau tidak, kau akan bertengkar dengan ibumu lagi.” Joon menyuruh Ha-na tidak ikut campur urusannya, bertengkar atau tidak itu urusanku sendiri.”
“Begitu juga denganmu. Jika ibumu memintaku untuk pergi lagi, aku masih akan pergi. Aku akan melakukan yang terbaik.” Joon menyerah dengan kekeras kepalaan Ha-na.
Jeon-sul bertanya pada Jo Soo apa dia pernah jatuh cinta? Jo Soo 
menjawab itu sering terjadi karena urusan pekerjaan dia sering bertemu 
dengan wanita-wanita cantik. “Aku juga sering  dikelilingi wanita. 
Saudara perempuan ibu, istri paman, saudara perempuan ayahku.”kata 
Jeon-sul (beuh..!). Jo Soo tertawa mendengar ucapan Jeon-sul.
“Yang aneh adalah... jantungku terus berdetak sekarang ini. Sangat aneh. Rasanya seperti tertanam di kelopak mataku. Aku memikirkan dia saat aku membuka mata. Bahkan saat mataku tertutup, aku juga memikirkannya.”curhat Jeon-sul. Jo Soo menebak kalau orang itu adalah Mi-ho. Jeon-sul memuji mata Mi-ho yang bulat dan jernih. Jo Soo menyauti, “Tapi mulutnya berbisa.” Jeon-sul memuji Mi-ho lagi yang lucu seperti anak kecil.
Jo Soo : “Ah, dia cengeng.”
Jeon-sul : “Tapi dia mempunyai hati yang lembut.”
Jo Soo :”Dia belum dewasa.”
Jeon-sul : “Dia setia dan juga sangat sentimental.” tiba-tiba Mi-ho datang, bertanya siapa yang mereka bicarakan? Jo Soo dan Jeon-sul hanya cengar cengir saja.
“Yang aneh adalah... jantungku terus berdetak sekarang ini. Sangat aneh. Rasanya seperti tertanam di kelopak mataku. Aku memikirkan dia saat aku membuka mata. Bahkan saat mataku tertutup, aku juga memikirkannya.”curhat Jeon-sul. Jo Soo menebak kalau orang itu adalah Mi-ho. Jeon-sul memuji mata Mi-ho yang bulat dan jernih. Jo Soo menyauti, “Tapi mulutnya berbisa.” Jeon-sul memuji Mi-ho lagi yang lucu seperti anak kecil.
Jo Soo : “Ah, dia cengeng.”
Jeon-sul : “Tapi dia mempunyai hati yang lembut.”
Jo Soo :”Dia belum dewasa.”
Jeon-sul : “Dia setia dan juga sangat sentimental.” tiba-tiba Mi-ho datang, bertanya siapa yang mereka bicarakan? Jo Soo dan Jeon-sul hanya cengar cengir saja.
Sun-ho datang menemui Mi-ho yang sudah menunggunya. Mi-ho menceritakan 
pertemuan yang direncakan oleh Hye-jung, “Joon oppa pasti membenciku, 
sekarang.” Dari situ Sun-ho tahu kalau Hye-jung mengetahui hubungan 
anaknya dengan Ha-na. Sun-ho menyarankan pada Mi-ho untuk meminta maaf 
pada Ha-na. Mi-ho menolaknya mentah-mentah, dia berpihak pada Hye-jung, 
“Aku akan menghentikan Joon oppa bagaimanapun caranya.” Sun-ho tidak 
bisa berkata-kata.
Sun-ho ingin menghubungi Ha-na, tapi dia mengurungkan niatnya, karena 
dia sudah berjanji gak akan menghubunginya lagi. Tapi toh akhirnya 
Sun-ho mengsms Ha-na, menyemangatinya agar tetap bertahan. Ha-na yang 
baru turun dari bis tersenyum karenanya. Ha-na ber-video call dengan 
Sun-ho. Ha-na bertanya kenapa dia terlihat murung? Ha-na juga memuji 
gaya rambut baru Sun-ho. Sun-ho mengkhawatirkan keadaan Ha-na. Ha-na 
berkata kalau dia baik-baik saja. Dia sudah melakukan yang terbaik. 
Sun-ho tidak ingin Ha-na terlalu larut karena hal itu, dia ingin Ha-na 
selalu tersenyum. Ha-na lalu menarik bibirnya keatas agar terlihat 
seperti orang tersenyum. Sun-ho tersenyum melihat kelakuan Ha-na. 
Sebelum pulang Ha-na mampir dulu ke tempat kerjanya. Di tempat itu ada 
banyak sekali pekerja yang sedang beberes. Ternyata ada beberapa orang 
tertarik dengan bunga yang di tanam Ha-na, dan mereka akan datang untuk 
bertanya bagaimana cara menanamnya.
Dari kejauhan, Tae-seong berbincang dengan ibunya sambil memperhatikan 
Ha-na. Ibu Tae-seong memuji Ha-na yang cantik. “Jadi, hanya cinta 
sepihak?”tanya ibu Tae-seong. Tae-seong hanya tersenyum kecut.
Ibu Tae-seong  datang menyapanya. Tae-seong memperkenalkan ibunya 
sebagai direktur utama resort itu. Direktur ingin berkeliling melihat 
taman, dia meminta Ha-na mengantarkannya. Ha-na sedikit terkejut 
mendengarnya, tapi akhirnya dia bersedia. 
Direktur sangat ramah terhadap Ha-na. Ha-na menjelaskan semuanya dengan 
baik. Saat direktur pergi, Tae-seong tetap tinggal agar dia bisa ngobrol
 sebentar dengan Ha-na. Tae-seong mengaku sebenarnya ibunya ke sini 
untuk menemui Ha-na. Tanpa di sangka ternyata Joon ada di situ, melihat 
Ha-na dan Tae-seong serta ibu Tae-seong yang berbicara dengan akrab. 
Cemburu menguasai diri Joon (udah mau makan orang nih kayaknya si Joon).
 Ha-na hanya bisa melihatnya dari jauh. 
Tae-seong mengejar Ha-na saat Ha-na berjalan pulang. Tae-seong bercerita
 kalau kakeknya sangat suka taman botani, maka dari itu ibunya senang 
dengan taman ini. Dan juga ibunya ingin bertemu dengan Ha-na. Ha-na 
bertanya kenapa ibu Tae-seong ingin bertemu dengannya? “Tentu saja, 
karena kau gadis yang disukai putranya.” Ha-na tidak menyangka Tae-seong
 berkata begitu. Tae-seong berkata kalau dia merasa Ha-na membuat 
keputusan yang mendadak, jadi dia meminta Ha-na jangan merasa kalau dia 
memaksanya, “Tapi aku berharap kau bisa menganggap ini sebagai pilihan 
yang lain.” Ha-na menegaskan sekali lagi kalau dia tidak akan pernah 
putus dengan Joon. 
Joon ternyata menunggu Ha-na. “Kalau aku tahu kau akan menungguku , aku akan pulang lebih cepat.”kata Ha-na.
“Maafkan aku, kau pasti sangat menderita karena ibuku dan juga karena aku.”kata Joon.
Ha-na hanya diam.
“Maafkan aku, kau pasti sangat menderita karena ibuku dan juga karena aku.”kata Joon.
Ha-na hanya diam.
Yoon-hee memandangi lagi lukisan In-ha, teringat perkataan Dong-wook 
yang menyinggung soal sakitnya Yoon-hee yang dirahasiakan dari In-ha. 
Chang-mo dan Doong-wook datang membawa makanan ke rumah In-ha. Mereka 
akan berpesta sepertinya. Chang-mo bertanya pada In-ha bagaimana dia 
bisa mengalah pada anak-anak. Dong-wook yang menjawab kalau di dunia ini
 tidak ada orang tua yang tidak tak mengalah pada anaknya. “Tapi mereka 
sudah menunggu selama 30 tahun. Anak-anak bisa bertemu dengan yang 
lain,”kata Chang-mo lagi.
“30 tahun yang lalu aku juga muda seperti mereka. Jika aku ingin pacaran dengan wanita lain, pasti aku sudah melakukannya.”jawab In-ha. Chang-mo tidak mengerti jalan pikiran In-ha, bukankah lebih baik hidup bersama selamanya. In-ha menjelaskan, jika Yoon-hee yang tahu lebih dulu, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Dong-wook memandang In-ha, merasa kasihan dengan sahabatnya ini, tapi dia juga tidak bisa menceritakan tentang keadaan Yoon-hee saat ini.
“30 tahun yang lalu aku juga muda seperti mereka. Jika aku ingin pacaran dengan wanita lain, pasti aku sudah melakukannya.”jawab In-ha. Chang-mo tidak mengerti jalan pikiran In-ha, bukankah lebih baik hidup bersama selamanya. In-ha menjelaskan, jika Yoon-hee yang tahu lebih dulu, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Dong-wook memandang In-ha, merasa kasihan dengan sahabatnya ini, tapi dia juga tidak bisa menceritakan tentang keadaan Yoon-hee saat ini.
Joon dan Ha-na duduk berdua di bangku taman sambil berpegangan tangan. 
“Rasanya sangat nyaman. Seperti hanya ada kita berdua di dunia ini.”kata
 Joon. Joon bertanya kenapa Tae-seong mengenalkan Ha-na pada ibunya. 
Mendengar pertanyaan ini, Ha-na menganggap Joon sangat picik. “Apa? Kau 
ingin kita bertengkar lagi?”tanya Joon. Ha-na menjelaskan kalau presdir 
Lee (ibunya Tae-seong) sangat peduli pada tamannya, jadi dia ingin 
melihat-lihat. Ha-na menyinggung soal ibu Joon yang sangat dekat dengan 
Mi-ho, “Sepertinya ibumu menyukainya, mereka seperti ibu dan anak.” Joon
 menjelaskan kalau Sun-ho dan Mi-ho sudah seperti keluarga sendiri. 
Ha-na menggoda Joon dengan mengatakan kalau sepertinya Joon dan Mi-ho 
sangat cocok karena mereka punya banyak kesamaan. Kepribadian, dan juga 
gaya.
“Bukankah kita juga punya banyak kesamaan?”tanya Joon. “Selalu cemburu, tiba-tiba cemburu, dan juga selalu cemburu, tiba-tiba cemburu.” Joon mengatakannya sambil tertawa. Joon bertanya lagi apa Ha-na harus tinggal di sini? Setiap hari bertemu dengan cecunguk itu (Tae-seong maksudnya)?. “Kalau begitu, jangan bekerja dengan Mi-ho!”. Joon mengangguk tanda setuju. Ha-na meminta Joon agar tidak bertengkar lagi dengan ibunya.
“Walau bagaimanapun beratnya, apapun yang terjadi, jangan melarikan diri.”kata Joon.
“Bukankah kita juga punya banyak kesamaan?”tanya Joon. “Selalu cemburu, tiba-tiba cemburu, dan juga selalu cemburu, tiba-tiba cemburu.” Joon mengatakannya sambil tertawa. Joon bertanya lagi apa Ha-na harus tinggal di sini? Setiap hari bertemu dengan cecunguk itu (Tae-seong maksudnya)?. “Kalau begitu, jangan bekerja dengan Mi-ho!”. Joon mengangguk tanda setuju. Ha-na meminta Joon agar tidak bertengkar lagi dengan ibunya.
“Walau bagaimanapun beratnya, apapun yang terjadi, jangan melarikan diri.”kata Joon.
Joon datang menemui ibunya yang sedang berbaring dan di infus. Hye-jung 
memalingkan muka, tidak ingin bicara dengan Joon. “Ibu, tolong terima 
dia. Bukannya aku tidak tahu apa yang kau rasakan. Tapi..”
“Kau tidak tahu. Kau tidak tahu kenapa kau seperti ini. Jika kau tahu, akankah kau membuatku hancur seperti ini? Dia punya masa lalu dengan ayahmu. Jika saja bukan Yoon-hee, aku akan merestui pernikahan itu. Tapi kau berbeda. Aku tidak bisa kehilanganmu. Jadi apapun yang terjadi, aku akan melakukan semua cara agar kalian berpisah. Lihat dan tunggu saja.”
“Kau tidak tahu. Kau tidak tahu kenapa kau seperti ini. Jika kau tahu, akankah kau membuatku hancur seperti ini? Dia punya masa lalu dengan ayahmu. Jika saja bukan Yoon-hee, aku akan merestui pernikahan itu. Tapi kau berbeda. Aku tidak bisa kehilanganmu. Jadi apapun yang terjadi, aku akan melakukan semua cara agar kalian berpisah. Lihat dan tunggu saja.”
Hye-jung sepertinya masih memata-matai Yoon-hee dan keluarganya, karena 
salah satu pegawainya memberikan satu laporan yang membuat Hye-jung 
terkejut. Setelah membaca laporan itu Hye-jung bertemu dengan Ha-na. 
Hye-jung masih meminta hal yang sama, dia ingin Joon dan Ha-na berpisah.
 Dan Ha-na juga masih melakukan hal yang sama. Menolaknya. Hye-jung 
memberitahu Ha-na tentang informasi yang baru saja dia dapatkan.
“Kau tahu kalau ibumu sakit? Ada masalah dengan matanya. Aku dengar keadaannya semakin buruk. Dia mungkin akan kehilangan pengelihatannya dalam 1 tahun. Aku tidak tahu kalau aku harus mengatakan hal ini, tapi... aku ingin kalian berdua putus. Demi aku, ibumu juga ayah Joon. Aku tidak menentang pernikahan ibumu dengan ayah Joon, tapi kalian berdua tidak bisa. Lepaskan Joon!”. Ha-na yang memang belum tahu apa-apa merasa seperti dihantam palu berkali-kali.
“Kau tahu kalau ibumu sakit? Ada masalah dengan matanya. Aku dengar keadaannya semakin buruk. Dia mungkin akan kehilangan pengelihatannya dalam 1 tahun. Aku tidak tahu kalau aku harus mengatakan hal ini, tapi... aku ingin kalian berdua putus. Demi aku, ibumu juga ayah Joon. Aku tidak menentang pernikahan ibumu dengan ayah Joon, tapi kalian berdua tidak bisa. Lepaskan Joon!”. Ha-na yang memang belum tahu apa-apa merasa seperti dihantam palu berkali-kali.
Hye-jung juga datang ke rumah In-ha. Baru datang, Hye-jung sudah 
marah-marah (aku kesel setengah idup sama ahjumma satu ini!!) “Bagaimana
 bisa kau  memperlakukan aku seperti ini? Kau menyerah karena Joon dan 
gadis itu? Tidakkah sedikitpun kau merasa bersalah padaku?”. In-ha 
mengakui kesalahannya, dan meminta maaf. “Apa kau ingin mengambil Joon 
dariku? Kau tidak bisa memiliki Joon. Sekarang karena sudah begini, 
lakukan saja.” In-ha mengingatkan Hye-jung agar tidak melibatkan 
anak-anak. Hye-jung mengancam kalau dia tidak akan melepaskan Joon, dia 
akan melakukan apapun untuk menghentikan mereka. In-ha tidak bisa 
berkata apa-apa. 
Joon sedang melakukan pemotretan, saat ayahnya datang. In-ha bercerita 
kalau ibunya menemuinya, dan saat ini dia datang karena mencemaskan 
Joon. Joon berkata kalau dia baik-baik saja. Joon juga mencemaskan 
keadaan ayahnya. “Aku sangat sibuk. Jangan cemaskan aku.”jawab In-ha. 
In-ha senang melihat Joon yang gembira dan sehat. “Jika kau butuh 
bantuanku, kau bisa menghubungiku kapanpun.” Joon ingin mengatakan 
sesuatu kepada ayahnya, “Aku takut jika aku benar-benar mengatakan hal 
ini padamu, kita terpaksa sama-sama menyerah. Tapi kurasa aku harus 
jujur padamu. Ayah juga menyerah karena aku. Ibu Ha-na keadaannya tidak 
baik. Dia mungkin akan kehilangan penglihatannya.”
Ha-na mencari ibunya di kebun, salah satu pegawai kebun memberitahu Ha-na kalau ibunya ada di rumah sakit. 
Di rumah sakit, Yoon-hee dipapah oleh suster. Suster bertanya apa 
putranya tidak datang hari ini? Yoon-hee menjawab kalau Joon bukan 
putranya. Suster tidak bisa memapah Yoon-hee sampai jauh. Yoon-hee 
mencoba berjalan sendiri. Lalu ada tangan yang meraih tangan Yoon-hee, 
membantunya berjalan. Yoon-hee mengira kalau itu Joon dan berpesan kalau
 dia tidak perlu datang ke rumah sakit. “Tidak apa-apa.”kata si empunya 
tangan. Ternyata tangan itu bukan tangan Joon, melainkan tangan In-ha. 
Samar-samar Yoon-hee mulai melihat wajah In-ha. 
Joon juga ada di situ melihat mereka berdua. Lalu Ha-na juga datang. 
“Ha-na..”kata Joon lirih. Yoon-hee langsung menoleh ke arah ha-na 
berdiri. Ha-na langsung memeluk ibunya, menangis.















































Tidak ada komentar:
Posting Komentar