Joon berkata
dia akan pergi ke
New York
dan dia juga berjanji pada Ha-na bahwa dia akan menunggunya. Saat
keadaan sudah tenang, saat ibu Ha-na tidak membutuhkannya lagi, Joon
mengharap Ha-na akan datang padanya.
Yoon-hee
masih bersama In-ha duduk di bangku taman kampus mereka dulu. Yoon-hee
mengaku kalau dia sedikit takut menghadapi operasinya. Dan dia tidak
ingin melupakan kenangan-kenangan di kampus ini
dulu, dia berkata kalau dia harus mengingatnya. In-ha mengatakan hal
yang sama, dia selalu mengingat kenangan-kenangan itu. Oleh karena itu,
dia memberikan hatinya hanya untuk satu orang, “Aku hanya ingin tetap
berada di sampingmu dan melakukan semua hal yang bisa ku lakukan
untukmu.” In-ha meminta saat Yoon-hee kehilangan penglihatannya, dia
akan menjadi mata untuk Yoon-hee, hubungan seperti itu sudah cukup untuk
In-ha.
Yoon-hee menolaknya, tidak mungkin dia bisa melakukan itu pada In-ha.
Setelah
mendengar janji Joon, Ha-na juga berjanji bahwa dia akan datang pada
Joon. Hari di mana dia akan kembali pada Joon pasti datang. Mereka
berdua sepakat dengan janji masing-masing. Saat mereka akan pergi, Ha-na
menahan Joon. Ha-na sebenarnya tidak ingin Joon pergi, dia ingin Joon
tetap di sampingnya. Joon berkata bahwa mereka tidak putus, mereka akan
kembali.
Keesokan
harinya, mereka mengadakan piknik bersama. Joon datang dengan
membawakan bunga untuk Yoon-hee. Ha-na protes, untukku mana? Joon
berkata kalau dia tidak tahu bunga apa yang disukai Ha-na. Ha-na manyun
deh mendengarnya.
Joon
beralasan kalau dia tidak pernah memberikan bunga pada wanita. Ha-na
berkata kalau itu bagus. Lalu tiba-tiba Joon mengeluarkan sesuatu dari
dalam tasnya. Seikat bunga yang ditanam Ha-na di kebun
studio.
“Aku memetiknya sendiri.”kata Joon. Ha-na bertanya apa Joon
memikirkannya saat memetik bunga itu? “Tidak, aku sembarang petik saja.”
kata Joon menggoda Ha-na. Ha-na berterima kasih pada Joon, dia sangat
menyukai bunga itu.
Yoon-hee menyuruh mereka duduk dan mulai makan, tapi Ha-na berkata masih ada satu orang lagi yang belum datang,
profesor. Yoon-hee menoleh pada Joon. “Aku tahu. Aku juga mengharapkannya datang. Ada sesuatu yang harus aku lakukan untuknya.”
In-ha datang dan mereka berempat makan bersama.
Joon
bertanya tentang operasi mata Yoon-hee. Yoon-hee ingin mengundur
operasi matanya. Dia beralasan masih ada yang harus dia kerjakan, dan
dia berencana pergi ke
Amerika
untuk menemui paman dan keluarganya. In-ha menyetujuinya, tapi dia akan
ikut dengan Yoon-hee, dia tidak mau Yoon-hee pergi sendiri. Yoon-hee
berkata kaau Ha-na akan ikut dengannya. Sekarang Joon yang kaget, tapi
Ha-na menyetujui rencana itu.
Ha-na menjelaskan, Joon ingin mengambil
foto In-ha dan Yoon-hee berdua, seperti permintaan ayahnya dulu. In-ha senang Joon melakukannya. Mereka berfoto bersama.
In-ha
pamit sebentar pada Yoon-hee karena harus mengajar. Sebelum pergi, dia
memberikan kado kepada Yoon-hee. Sebuah box kecil berisikan kalung
dengan bandul payung. In-ha berkata kalau dia berniat menjadikan kalung
itu kado pernikahan, tapi ternyata pembuatannya baru saja selesai.
Lagi-lagi
Yoon-hee menolak. Dia menolak hadiah itu. In-ha bertanya mengapa
Yoon-hee menolaknya, tidak bisakah dia menerima hadiah dari seorang
teman?. “Itu bukan hadiah yang biasa diberikan oleh teman. Lagipula kita
tidak berteman.”jawab Yoon-hee. In-ha tetap tidak mau mengambil kembali
hadiahnya. Dia berkata itu sudah milik Yoon-hee jadi terserah
dia mau apakan.
Yoon-hee melihat Joon dan Ha-na di
luar
sedang tertawa-tawa melihat hasil foto. Yoon-hee yang tidak ingin
mengganggu kebahagiaan mereka berdua masuk lagi ke dalam rumah. Tidak
sengaja dia mendengar percakapan Joon dan Ha-na tentang rencana Joon
yang akan pergi ke New York.
Yoon-hee
mengonfirmasikan hal ini pada Ha-na. Ha-na berkata kalau itu adalah
studio tempat Joon menjadi asisten dulu, dan sekarang dia sangat
bersemangat pergi ke sana. “Lalu bagaimana denganmu?”. Ha-na menjawab
tentu saja dia tidak bisa pergi, dia ingin bersama ibunya. Yoon-hee
merasa bersalah, “Karena aku atau karena mataku kalian berdua putus.”
Ha-na berkata kalau ibunya tidak usah khawatir, mereka berdua tidak
putus, “Saat ini, tidak semua orang bisa bahagia. Tapi ini hanya
sementara, saat ini aku ingin bersama dengan ibu. Aku ingin kau bahagia,
dengan begitu kita berdua bisa bahagia. Jadi jangan khawatir.”
Yoon-hee
memutuskan untuk pergi sendiri ke Amerika, tanpa Ha-na tanpa In-ha. Dia
hanya berpamitan dengan meninggalkan sebuah surat dan meminta Ha-na
untuk menjelaskan pada profesor. Yoon-hee meminta Ha-na menyampaikan
permintaan maafnya pada In-ha, bahwa dulu ada seseorang yang pergi
seperti ini dan sekarang orang itu melakukannya lagi.
Ha-na
berlari mengejar pesawat yang akan dinaiki ibunya. Setelah mendapat
kabar tentang Yoon-hee, In-ha juga langsung pergi ke bandara. Ha-na dan
In-ha bertemu di bandara, tapi mereka berdua terlambat, karena Yoon-hee
sudah pergi.
“Ibu berpikir, kami bisa bertemu kembali karenamu. Tapi,
sekarang aku merasa... kami bertemu 30 tahun lalu, sehingga kau dan dia
bisa bersama. Aku harap kalian berdua bahagia. Aku menyayangimu
putriku, selamat tinggal.”
Joon yang mengetahui kabar ini langsung pergi ke rumah Ha-na, dan menenangkannya.
In-ha
menemui Hye-jung. Hye-jung bertanya apa yang dilakukan In-ha, kalau
In-ha menyalahkannya atas kepergian Yoon-hee, Hye-jung minta In-ha
berhenti. Hye-jung juga tetap tidak akan merestui hubungan Joon dan
Ha-na. In-ha berkata bukan itu tujuanya datang, dia ingin mengucapkan
selamat tinggal pada Hye-Jung.
Emosi Hye-jung meninggi, lalu
bagaimana pekerjaanmu? In-ha berkata kalau dia adalah orang yang tidak
punya apa-apa, tidak ada yang dia tinggalkan. Tapi In-ha khawatir
terhadap Hye-jung. “Sebenarnya siapa yang khawatir terhadap siapa. Pada
akhirnya kau tetap melakukan ini.”kata Hye-jung. In-ha meminta maaf atas
semuanya. Hye-jung terduduk, menangis. Dia tahu dia sudah tidak bisa
melakukan apa-apa lagi.
In-ha
meminta Joon untuk selalu menjaga ibunya, “Setiap orang punya harapan,
tapi aku tidak bisa memenuhi harapan ibumu. Itu sebabnya kau banyak
menderita. Meskipun aku kembali ke sisi Yoon-hee, kita tidak akan
menjadi kekasih. Oleh karena itu kalian berdua tidak usah khawatir.”
In-ha memberikan Joon sebuah lukisan. Joon juga memberikan In-ha sebuah
foto.
“Ayah, selama ini aku selalu menyalahkanmu. Aku minta maaf. Aku
menyayangimu, juga aku akan merindukanmu.”kata-kata Joon membuat
ayahnya terharu. Mereka berdua lalu bersalaman.
In-ha memandangi foto yang diambil oleh Joon dengan rasa haru, senang campur bangga.
In-ha ternyata melukis saat Ha-na memeluk Joon dari belakang. Momen yang membuat In-ha tahu kalau Joon dan Ha-na
saling menyukai. Joon membelai lukisan itu. Joon menempatkan lukisan mereka di rumah Ha-na di sebelah lukisan Yoon-hee waktu muda.
Joon
mengajak Ha-na mengunjungi ibunya pada waktu liburan. Joon juga
memberitahu Ha-na kalau dia tidak akan pergi ke Amerika. Dia tidak akan
meninggalkan Ha-na lagi.
Satu tahun kemudian...
Ha-na baru saja keluar dari
airport
sambil ngomel-ngomel karena tidak ada yang menjemputnya. Penampilan
Ha-na sekarang berubah, tidak jadul seperti dulu lagi. Ha-na sekarang
berambut panjang dengan baju yang modis.
Sun-ho
kaget melihat Joon di studionya. Dia pikir Joon sedang menjemput Ha-na
di bandara. Joon melihat belanjaan yang dibawa Sun-ho dan bertanya apa
itu. Sun-ho menjawab kalau dia ingin membuat pesta untuk kedatangan
Ha-na, karena kemarin dia mengirim pesan akan pulang hari ini dan akan
ke rumah ibu Joon sebelum ke studio, Sun-ho pikir Joon dan Ha-na
bersama-sama. Joon bertanya apa Sun-ho dan Ha-na masih sering berkirim
pesan? Sun-ho sedikit salah tingkah, dia bertanya apa itu tidak boleh?
Joon menggeleng, lalu pergi.
Ha-na
sampai di rumah Hye-jung dengan membawa koper. Hye-jung kaget melihat
Ha-na yang langsung datang ke rumah setelah dari dandara. Dia juga
mengatai Ha-na ‘babo’ karena datang ke rumahnya naik bis, bukannya
dengan taksi melihat koper-koper gede yang dibawa Ha-na. Ha-na cuma
nyengir mendengarnya.
Ha-na
ternyata merawat taman bunga di rumah Hye-jung. Dia bertanya pada
Hye-jung apakah dia selalu menyirami bunga-bunga ini? “Tentu saja. Jadi
jangan datang ke rumahku dengan alasan seperti itu.”
“Apa kau bosan saat aku tidak ada?”tanya Ha-na lagi.
“Saat
kau tidak ada, rumah ini damai sekali.” Ha-na tersenyum mendengar
perkataan Hye-jung. (Huwooo...udah baikan nih kayanya Hye-jung sama
Ha-na)
Hye-jung
menanyakan kabar Yoon-hee di Amerika pada Ha-na. Ha-na berkata kalau
semuanya berjalan dengan lancar. Hye-jung lega mendengarnya. Dia lalu
menyuruh Ha-na pulang. Ha-na meminta untuk tinggal sampai makan malam.
Ha-na ingin makan malam dengan Hye-jung.
Joon
datang, Hye-jung bertanya apa dia juga akan makan malam di rumah? Joon
berkata kalau mereka makan di luar saja, sambil melirik Ha-na. Ha-na
kekeuh ingin makan di rumah.
“Apa ini? Kalian bertengkar?”tanya Hye-jung. Ha-na berkata tidak, sambil tersenyum menggoda Joon. Joon diam saja.
Saat
makan Joon masih diam saja (ngambek sama Ha-na sepertinya). Hye-jung
menyadari ini dan bertanya lagi apa mereka melakukan hal yang salah?
Hye-jung juga bertanya pada Joon mengapa dia tidak pernah mengunjungi
ibunya saat Ha-na tidak ada. Ha-na menimpali, “Aku akan sering datang ke
sini.”
“Siapa yang mengijinkanmu?”lanjut Hye-jung. Lalu Hye-jung bertanya kenapa Ha-na memperpanjang tinggalnya di Amerika?
Ha-na
memperpanjang tinggalnya di Amerika untuk mengikuti gardening Expo.
Kebetulan dia ada di sana dan juga ada Sunbae. Manager Han Tae-seong?
(Semakin bad mood lah itu si Joon.)
Hye-jung ke Joon : Jadi kau marah karena ini? kau ini kenapa? Ini kan hanya pekerjaan.
Joon mengelak kalau bukan itu masalahnya.
Hye-jung ke Ha-na : Kau juga, kau bilang hanya 2 minggu, tapi pulang setelah 2 bulan, siapa yang tidak akan marah?
Ha-na meminta maaf.
Hye-jung ke Ha-na dan Joon : Kalian berdua, bicarakan hal ini! Sungguh kekanak-kanakan.
Setelah Hye-jung pergi, Ha-na meminta maaf pada Joon. “Buat apa kau meminta maaf. Kau melakukan apa yang ingin kau lakukan!”
Ha-na
masuk ke rumah dan mengangkat koper sendiri. Dia melihat lukisannya
dengan Joon lalu menggumam, “katanya dia tidak bisa berpisah denganku.
Tapi ini sudah yang keempat kalinya.” Joon mendengar Ha-na, “Kelima
kalau kau menghitung yang waktu itu.” Joon menyuruh Ha-na menjelaskan
semuanya.

Ha-na
berkata kalau itu tidak ada hubungannya dengan sunbae, dia yang
membudidayakan tanaman itu di Korea, jadi dia ingin memastikan kalau
tanaman itu benar-benar berakar di Amerika. Sampai-sampai dia tidak
sempat merawat ibunya, “Berani-beraninya kau memarahi orang yang selama 2
bulan tinggal di greenhouse.” Joon berkata kalau dia tidak marah
tentang sunbae-nya, tapi dia marah karena akhirnya Ha-na menghabiskan
sisa liburannya. “Apa kau di sana merindukanku?”tanya Joon. Dengan
meledek Ha-na berkata kalau dia tidak merindukannya. Joon mau marah
lagi. “Aku... sangat merindukanmu!! setiap hari aku sangat
merindukanmu.”kata Ha-na. Joon masih ingin berdebat dengan Ha-na. ha-na
terdiam beberapa saat menunggu amarah Joon mereda. “Aku
merindukanmu.”kata Joon.
Ha-na tersenyum mendengarnya. Joon mau
nggak mau juga ikutan tersenyum. Ha-na lalu memeluk Joon. Setelah itu
mereka berkissu-kissu (ehem, agak lama ya ni kissu nya..). Setelah itu
mereka berdua makan bersama.
“Seperti ini, perlahan seperti ini atau
dengan cepatnya berlalu kehidupan sehari-hari, kami melihat satu sama
lain. Mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang dan memulai hidup
kita kembali.”
In
Soo sedang bermain piano ditemani pengarah gaya (til the last episode i
still don’t know what his name is..), Jo Soo datang dengan muka
cemberut. Dia cemas soal kemampuannya. In Soo menghiburnya dengan
mengatakan bahwa Jo Soo sudah menjadi asisten dari guru terbaik (Joon),
jadi mengapa harus khawatir. Jo Soo mengeluh kalau dia belajar hal-hal
yang tidak berguna dari guru terbaik itu, bagaimana dia bisa debut? In
Soo lalu memainkan lagu gembira untuk Jo Soo (lagunya SNSD yang Ah!)
Mi-ho datang. Melihat Jo Soo yang masih di luar, dia langsung menariknya ke dalam agar pemotretannya dimulai.
Selama
pemotretan Jo Soo terus saja memandang Mi-ho. Setelah pemotretan, semua
gembira karena pemotretan berjalan lancar dan foto yang diambil juga
bagus. “Aku model terbaikmu kan? Nanti aku akan jarang ikut pemotretan,
jadi ambillah fotoku lebih banyak”kata Mi-ho. Semua orang kaget
mendengar bahwa Mi-ho akan pergi ke Paris. Mi-ho berkata kalau ini hari
terakhirnya.
Pemotretan
dimulai lagi. Kali ini suasana berubah sedih. Mi-ho yang sudah menyerah
dan akan melepaskan semuanya meneteskan air mata. Semua orang bertepuk
tangan kepada Mi-ho. Joon memujinya, “Kau mengagumkan.”
Ha-na
berbincang dengan Sun-ho. Sun-ho bercerita tentang kencan buta-nya.
Tidak disangka teman kencan butanya dalah teman sekolahnya dulu. Ha-na
berkata kalau itu takdir. Sun-ho juga bercerita kalau wanita itu sudah
menyukai pria lain.
Ha-na : “oh, jangan bertepuk sebelah tangan lagi. Cintamu yang dulu juga bertepuk sebelah tangankan?”.
Sun-ho
mengganti topik pembicaraan mereka. Sun-ho bertanya tentang pernikahan
Ha-na dan Joon. Ha-na balik bertanya pada Sun-ho, “Bisakah kita
menikah?”. Sun-ho berkata tentu saja, mereka harus menikah. “Berhentilah
menyakiti hatiku.”kata Sun-ho dengan pelan. Ha-na tidak mendengarnya.
Pagi-pagi,
Ha-na bangun dan melihat Joon sudah berada di meja makan dengan
secangkir kopi. Ha-na menggerutu kenapa Joon tidak membuatkan satu
untuknya. Joon menawarkan kopi kepunyaannya. Ha-na meminum kopi
kepunyaan Joon. Gemas melihat Ha-na, Joon mengacak-acak rambut Ha-na
dengan sayang.
Pun ketika malam, mereka berdua duduk bersama, berangkulan sambil bergurau.
“Tapi saat itu, jauh di dalam hati kita, kita selalu merasa takut dan bersalah.”
Ha-na datang ke sebuah cafe, Joon yang menunggunya protes, mengapa akhir-akhir ini selalu dia yang menunggu Ha-na.
Ha-na
bertanya apa yang akan mereka lakukan, bukan baca buku lagi kan? Ha-na
menyarankan mereka untuk bersepeda. Joon menolaknya. Ha-na menggerutu,
menjengkelkan. “Bukankah kemarin kita sudah menonton film, bahkan
menonton sebuah opera.”kata Joon.
Ada
seorang anak kecil yang memperhatikan mereka berdua. Ha-na mencoba
bergurau dengan anak kecil itu. Joon yang melihatnya hanya menolehkan
kepalanya sebentar. Ha-na bertanya mengapa Joon tidak menyukai anak itu,
padahal dia lucu sekali. “Aku hanya berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbicara.”jawab Joon.
Mereka
berdua lalu pergi ke toko baju. Joon sedang memilih baju sedangkan
Ha-na menunggunya dengan bosan. Tiba-tiba Joon membawa sepasang sepatu
berhak tinggi dan memakaikannya ke kaki Ha-na”menggantikan sepatu kets
yang dipakainya. “Sepatu ini cocok untukmu.”
Mereka
lalu makan. Ha-na menggerak-gerakkan sepatunya karena senang. “Kau
tahu, kata orang kalau kau membelikan seseorang sepatu, maka orang itu
akan lari.”kata Joon. “Tak masalah, yang lari si penerima, kan..” Mereka
berpikir lagi apa yang akan mereka lakukan. Makan, menonton film, tema
taman.. Ha-na bosan dengan itu semua. Dia ingin sesuatu yang spesial.
“Seperti melihat diamond snow bersama, atau melihat kabut bersama.
Sebenarnya, apapun yang kita lakukan bersama adalah spesial.”kata Ha-na.
Joon lalu mengajak Ha-na pergi ke Hokaiddo.

Ha-na
dan Joon datang ke rumah Hye-jung dengan panik (Ha-na yang panik, Joon
mah nggak). Ibu Joon berkata kalau dia sakit kepala. “Joon, aku bilang
aku sakit. Apa kau tidak khawatir sedikit pun?” (Hye-jung sepertinya
cari-cari perhatian Ha-na dan Joon). Ha-na bertanya apa Hye-jung
baik-baik saja? Hye-jung bertanya pada Ha-na apa dia masih tinggal di
studio bersama Joon? Ada seseorang yang bertanya yang mengakibatkan
adanya rumor tidak baik. Ha-na berkata dia akan segera mencari tempat
tinggal.
Joon
beralasan kalau mereka tidur terpisah. Hye-jung tetap saja tidak
menganggap ini sesuatu yang pantas, “Kalian menikahlah!”. Ha-na dan Joon
bengong. “Sebelum rumor berkembang, menikahlah!”. Hye-jung lalu pergi
meninggalkan dua orang yang masih terbengong-bengong.
Joon
memikirkan kata-kata ibunya ini dengan sangat keras. Ha-na yang
melihatnya hanya bisa diam. (aku pikir, Ha-na juga ingin menikah. Tapi
bagaimanapun keputusan untuk menikah tetap ada di tangan si cowok, tul
gak?)
Chang-mo
ngobrol dengan Dong-wook sambil mendengarkan lagu ciptaan In-ha yang
dinyanyikan penyanyi cafe. Melalui lagu itulah, rasa cinta In-ha yang
besar pada Yoon-hee tergambarkan. Chang-mo berrtanya bagaimana kabar
mereka berdua, sudah lama seklai semenjak mereka ke Amerika, mereka
tidak memberi kabar. Dong-wook berkata kalau tidak ada berita maka
mereka baik-baik saja. Yang penting pada akhirnya mereka bersama,
meskipun tidak menikah. Pada usia ini menikah bukanlah hal yang penting,
berbeda dengan anak-anak.
Dong-wook bertanya bagaimana keadaan Hye-jung? “Hye-jung? Aku tidak tahu.”
“Pria ini, kalau kau tidak tahu lalu siapa lagi yang akan tahu?”tanya Dong-wook.
“Kenapa
aku harus mengetahuinya?”jawab Chang-mo gugup. Dong-wook berkata kalau
membicarakan soal Hye-jung Chang-mo selalu saja gugup seperti itu.
Chang-mo hanya tertawa.
Ha-na
bertemu dengan Tae-seong membicarakan kepergian nya ke Amerika lagi.
Ha-na ingin pergi sebentar untuk menghindari Joon sementara waktu. Saat
ini Joon sedang bingung. Mereka lalu membicarakan Jang-soo yang akan
menikah. Ha-na terkejut, diantara mereka bertiga akhirnya dia yang
menikah terlebih dahulu. “Aku pikir... kita yang akan menikah terlebih
dahulu.”kata Tae-seong yang membuat Ha-na sedikit tidak enak.
Ha-na
pulang dengan mengagetkan Joon dari belakang. Dia bertanya apa dia
perlu membuat makan malam? Joon berkata tidak perlu karena dia sangat
sibuk. Ha-na yang ingin mengatakan sesuatu pun harus menundanya.
Saat Ha-na tidur, Joon mengirimkan pesan menyuruh Ha-na pergi ke taman.
Di luar kamar, sudah terpasang lilin-lilin untuk menerangi jalan Ha-na (berasa mati lampu ya..)
Di
taman pun juga sudah ada lilin yang berjejer rapi mengarah ke sebuah
bangku tempat Ha-na dan Joon duduk. Joon sudah menyiapkan layar dan
proyektor yang menampilkan diamond snow dan foto-foto Ha-na. “Ayo kita
menonton ini. Orang bilang apabila kita menonton ini, maka cinta akan
datang.”kata Joon. Joon mengungkapkan isi hatinya, menceritakan
bagaimana perasaannya pada saat gambar-gambar itu diambil. Saat dia
mengambil gambar Ha-na saat dia mengagumi Diamond snow, saat pemotretan
pertama Ha-na yang bikin Joon deg-degan. Lalu pemotretan kedua saat
Ha-na tertekan karena Joon memutuskannya, Joon juga sangat sedih.
Joon
menggenggam tangan Ha-na. Dia berkata ingin selalu seperti ini, melihat
mereka berubah penampilan. Dia ingin bersama sampai tua. Lalu
meluncurlah kalimat itu, “Mau kah kau menikah dengan ku?”. Ha-na
terharu, tersenyum lalu mengangguk.
Ha-na
dan Joon melihat-lihat postcard yang dikirimkan ayah Joon. Joon berkata
kalau dia mendapatkan ide dari foto-foto itu. Ha-na berfikir kalau Joon
tidak mau menikah. Dulu memang Joon seperti tu, tapi sekarang sudah
berubah. Saat Ha-na di Amerika, Joon ingin sekali menemuinya, tapi dia
tak punya alasan. Sekarang, dia bisa pergi ke Amerika untuk mengunjungi
istrinya. Mereka berdua saling tertawa gembira.
“Akhir-akhir ini kami
membicarakan kalian berdua. Ceritakan segalanya dari saat kau muda
hingga saat ini. Dan juga skenario masa depanmu yang akan terjadi
bersamanya. Aku tidak tahu jika kami telah membiarkanmu menjalani hidup
sesuai dengan yang kau inginkan. Tapi aku harap kalian berdua mengerti
cinta yang kalian inginkan adalah tentang memberikan kesempatan yang
lain. kami harap cinta kalian akan bertahan selamanya. ”-In-ha.
Dengan
memakai gaun pengantin, Ha-na berlari-lari menuju taman. Joon mengikuti
di belakangnya, juga dengan memakai setelan baju pengantin. “Aku harus
menyiram bunga ini sekarang. Kalau tidak dia akan mati.” (haeeh, mau
nikah sempet-sempetnya mikirin bunga). Joon mengeluh kalau mereka
terlambat, itu semua karena Ha-na.
Setelah selesai mereka lalu bergandengan tangan dan berlari menuju pernikahan mereka.
Jeon-sul
keluar dari studio. Dia berjanji akan kembali lagi ke tempat itu.
Sebelum pergi dia sempatkan untuk memeluk Mi-ho sebentar, yang tentu
saja ditampik oleh Mi-ho. Semua orangg yang ada di situ tersenyum
melihat Jeon-sul yang mengangkat tangannya sambil berteriak, “I’ll be
back.”